Epilog

63.9K 549 57
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Malam minggu, seharusnya dilakukan oleh Rio untuk mengapeli pacarnya. Namun, ia harus ingat jika dia belum memiliki pacar. Hubungannya dengan Clarisa bisa dianggap masih jalan di tempat. Harus ia akui, meski tanpa embel-embel pacaran, baik Clarisa dan dirinya saling menghargai perasaan masing-masing. Meski kedua orang tua mereka setuju-setuju saja apabila keduanya dekat, tapi mereka masih nyaman untuk berteman.

Rencananya Rio dari siang adalah pergi keluar bersama Bima, tapi tiba-tiba saja pemuda itu membatalkan tanpa adanya alasan yang jelas. Rio sempat berpikir jika Bima mungkin ada urusan dengan Linda. Ia tidak punya niat untuk bertanya, meskipun keduanya berteman, bukan berarti mereka tidak memiliki privasi. Ia tidak akan bertanya lebih jika Bima tidak memulainya lebih dulu.

Karena rencananya yang gagal, Rio hanya berakhir di kamar. Makan malam sudah ia lakukan beberapa menit yang lalu. Sekarang Rio hanya memainkan game pada ponselnya. Ingin keluar pun, ia tidak memiliki teman. Kalaupun nanti ia dan Clarisa berpacaran, ada kemungkinan besar jika mereka tidak bisa keluar untuk malam mingguan, mengingat Clarisa adalah gadis rumahan.

Rio pernah mendapatkan cerita dari Tante Ais—mama Clarisa—jika gadis itu sangat jarang keluar rumah. Wanita itu juga melanjutkan, biasanya gadis itu akan keluar jika bersama Cika atau bersama keluarganya saja. Mengingat itu saja, Rio langsung dapat menyimpulkan jika keluar rumah saja jarang, bagaimana jika keduanya keluar saat malam hari guna malam mingguan, sudah dapat dipastikan Clarisa akan menolaknya mentah-mentah.

Karena hari ini Rio tidak memiliki rencana apapun, pada akhirnya pemuda itu lebih memilih untuk berdiam diri di kamar. Setidaknya nanti setelah salat Isya, ia akan memanfaatkan waktunya dengan tidur.

Terdengar ketukan pintu, Rio langsung mengalihkan perhatian dari ponselnya. Setelah pintu kamarnya ia buka ternyata mamanyalah yang datang. Ia cukup terheran dengan penampilan mamanya yang tampak cukup rapi seakan wanita itu akan keluar rumah.

"Anterin Mama, ya?"

Rio mengernyit. "Emang Papa ke mana?"

"Tau tuh Papa kamu, diajak buat ke luar, ada aja alasannya."

Rio menghela napas pelan. Papanya memang seringkali bertindak demikian, dan sudah dapat ditebak, Riolah yang akhirnya akan mengantarkan sang mama. Sebenarnya mamanya bisa saja berangkat sendiri, hanya saja wanita itu tidak begitu berani jika keluar rumah saat malam. Ia sering mengeluh merasa seolah ada yang duduk di belakangnya saat berkendara, yang Rio yakini jika itu hanya halusinasi mamanya karena sedang merasa ketakutan.

Rio yang tadinya tidak begitu semangat mengantar mamanya pergi, langsung berubah saat mendengar ke mana ajakan dari sang mama. Mendengar kata rumah Clarisa membuat senyum Rio seketika terbit. Setidaknya ke rumah gadis itu membuat malam minggunya terdengar tidak begitu buruk.

Alasan mamanya berkunjung ke rumah Clarisa ternyata cukup sederhana, wanita itu baru saja membuat bolu hasil percobaannya. Memang benar apa yang dilakukan oleh mama Rio, sore tadi Rio mendapati mamanya yang membungkus beberapa bolu di dapur. Bahkan tadi sebelum makan malam, Rio sempat mengantarkan beberapa bolu ke rumah tetangganya. Ia juga mendapatkan cerita dari sang mama karena wanita itu langsung berhasil membuat, tanpa banyak berpikir, perempuan paruh baya itu langsung membuat cukup banyak bolu untuk dibagi-bagikan.

Setibanya mereka di rumah Clarisa, keduanya langsung disambut oleh Ade. Laki-laki itu tampak baru saja tiba di rumah dengan mengendari motor matic miliknya. Ketiganya sempat berbasa-basi sebentar kemudian masuk ke rumah. Suasana rumah cukup sepi, Rio yakin jika saat ini pasti Clarisa sudah berada di kamarnya sendiri.

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang