Kasih tau kalo ada typo!
***
Rio menutup buku lalu menaruh benda itu ke dalam tas bersama dengan beberapa benda lainnya. Setelahnya ia segera bangkit dan menatap Bima yang malah mendekati seorang gadis. Lagi dan lagi ia merasa diabaikan oleh kawannya itu. Ia menghela napas dan memilih berjalan keluar dari kelas tanpa mau mengajak Bima.
Berjalan sendiri menuju kantin bukanlah masalah yang besar baginya. Mungkin yang menjadi masalah adalah ketika tiba-tiba beberapa gadis memekik kegirangan saat ia melakukan suatu hal dan dianggap cukup keren. Atau mungkin beberapa gadis yang secara tiba-tiba meminta perhatian kepadanya dengan berjatuh supaya ia membantunya berdiri. Untuk siswa cowok sendiri tak ada masalah, hanya sesekali terdengar ejekan yang mengatakan jika dirinya sok ini dan sok itu, hal ini terjadi beberapa kali saja.
Saat akan memasuki kantin, tiba-tiba saja tubuhnya didorong dengan cukup keras dari belakang. Ia menoleh dan mendapati seorang gadis yang tampak basah dengan sebuah minuman. Kedua matanya melotot melihat itu, ia kemudian menarik gadis itu dan membawanya pergi daripada menjadi bahan tatapan oleh banyak orang.
Keduanya baru berhenti di depan koperasi sekolah. Rio mengeluarkan dompet dan memberikan gadis itu uang. "Ini duit buat ganti seragam lo yang udah merah gara-gara jus tadi. Sekalian gue bilang makasih," ujarnya.
Langsung saja uang yang diberikan Rio diambil dengan cepat tanpa banyak komentar. "Tumben lo baik, lagi kesambet sama setan apa?"
"Setan emang nih cewek, mumpung gue baik hati loh, Ris. Udah sana masuk, sebelum gue berubah pikiran."
Setelah Clarisa masuk ke dalam koperasi, Rio segera melangkah pergi. Ia jadi berpikir, kenapa Clarisa bisa baik kepadanya tadi, dan sekarang gadis itu malah mendapatkan tumpahan segelas jus. Ia sendiri tidak bisa tau kenapa ia dalam bahaya tumpahan itu, yang bisa saja menjadikan seragamnya akan basah dan lengket.
Terlalu banyak melamun ternyata membuat Rio kehilangan fokusnya saat berjalan. Ia menabrak seorang gadis yang kini tengah membawa tumpukan buku sehingga buku-buku yang sudah ditata rapi berjatuhan. Rio meminta maaf atas kelalaian yang ia perbuat dan segera membantu gadis tersebut memunguti buku.
"Gue minta maaf, yakin." Rio berucap setelah ia selesai memunguti buku, ia lalu bangkit dan menatap gadis di hadapannya dengan memasang raut wajah bersalah.
Gadis di hadapan Rio hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia lalu tersenyum kecil seolah ia menjawab tidak ada masalah."Nggak papa, kok. Bukan lo aja yang salah, tapi gue juga. Lagipula tadi gue malah liat ke arah lain, bukan ke jalan."
"Yaudah, kita impas. Sebagai permintaan maaf, gue boleh kan bawain buku lo?"
Gadis bernama Jessy itu hanya bisa mengangguk kaku kemudian berjalan beriringan dengan Rio menuju kelasnya. Tadi ia sudah akan pergi ke kantin, hanya saja seorang guru sejarah yang mengajar di kelasnya menyuruh ia sendirian untuk mengambil buku tulis yang sempat dikumpulkan.
Rio mengikuti langkah kaki Jessy yang memasuki area kelas gadis itu. Ia menaruh setumpuk buku tulis yang ia bawa dan menaruhnya di meja guru. Setelahnya ia menatap Jessy yang kini juga tengah menatapnya. "Mau ke kantin bareng gue? Mumpung gue sendirian, Bima lagi mode nggak nganggep gue."
Jessy mengangguk sebagai jawaban. Setelahnya mereka berjalan beriringan pergi ke kantin. Lihatlah pesona seorang Rio Mahesa, hanya tinggal dialusin, maka para gadis tidak bisa menolak pesonanya. Itulah yang sering cowok itu lakukan untuk mendapatkan pacar baru jika tengah jenuh tak ada pekerjaan, seperti sekarang ini.
"Lo udah punya pacar, Jes?" Pertanyaan Rio yang ditujukan untuk mengetahui status dari gadis yang kini posisinya berada di samping kirinya serta untuk menghilangkan garing momen antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Dla nastolatkówFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...