Kasih tahu kalo ada typo!
***
Rio menatap kehadiran Clarisa. Tampak gadis itu yang hanya diam dengan ekspresi datar saat menghampirinya. Ia memilih mengabaikannya. Setelah gadis itu naik ke motornya, segera ia menjalankan kendaraan itu keluar dari area sekolah. Tak ada percakapan dari mereka selama perjalanan, Rio sendiri bingung harus memulainya dari mana.
Rio tau jika saat-saat seperti ini adalah waktu yang paling tepat untuk melakukan saran dari Bima tadi. Namun, jika ia melakukannya sekarang, apakah itu terlalu cepat? Ia butuh orang yang lebih mengenal hatinya. Bertanya kepada Rahma atau Adam bukanlah hal yang tepat. Malah mungkin mereka hanya iya-iya saja. Bertanya kepada Bima pun sama, kawannya itu malah memberi wejangan yang cukup bertolak belakang dengan dirinya.
Setibanya di rumah, seperti biasanya, Rio memarkirkan motor di garasi rumah. Setelah ia mengambil kunci motor dan melepas helm yang ia kenakan, segera saja ia menyusul Clarisa yang masuk ke rumah. Pintu garasi yang menuju ke dalam rumah memang melewati ruang tamu, dari jarak yang masih cukup jauh saja terdengar suara percakapan dan tawa dari arah sana. Setibanya di ruang tamu, ia melihat ada tiga orang dewasa dan seorang gadis yang tampak memeluk seorang wanita paruh baya yang tampak seumuran dengan mamanya.
"Rio, sini, Nak. Ada orang tuanya Clarisa, nih."
Rio tersenyum kecil kemudian berjalan menghampiri. Ia menyalami kedua orang tua Clarisa dengan sopan kemudian mengambil tempat di samping mamanya. Ia melihat Clarisa yang tampak sesekali mencuri pandang ke arahnya. Melihat itu ia ingin sekali tertawa, akan tetapi ia memilih untuk menahannya dan menatap ketiga orang dewasa itu yang kini tengah berbincang-bincang hangat.
"Clarisa nggak buat kamu repot, kan?"
"Nggaklah, dia baik, kok. Selama Clarisa ada di sini, aku malah ngerasa terbantu, dia mau bantu aku kalo ada kerjaan yang numpuk. Bahkan anakmu itu nggak banyak minta, loh. Selalu nerima-nerima aja. Tapi cuman satu masalahnya, Clarisa sama Rio ya terus-terusan berantem. Lebih banyak berantemnya daripada damainya," ujar Rahma.
"Untunglah kalo begitu, aku kira dia buat kamu repot. Dan soal yang berantem itu kayaknya emang sulit buat diilangin. Oh ya, Ris, ambilin sana barang-barang kamu, katanya udah kangen rumah. Yang cepet, ya?"
Clarisa mengangguk dan segera pergi. Kini tinggal empat orang yang berada di ruang tamu. Rio menatap pria dewasa yang tampak tengah menatapnya dengan raut wajah menilai. Ia yang dilihat jadi gugup sendiri. Ia berdehem pelan kemudian menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Pria berperawakan tinggi itu kini sudah mengalihkan pandangan, Rio sekarang seolah merasa lega, ia seolah sudah keluar dari waktu yang mencekam.
"Rio, bantuin Clarisa beresin barang-barangnya, ya? Abis itu kamu bawain koper Clarisa, kasian dia kalo yang bawa, soalnya berat."
Rio mengangguk kemudian bangkit dari duduknya. Ia berjalan dengan langkah perlahan. Sebelum masuk ke kamar Clarisa, Rio menyempatkan diri untuk menaruh tasnya di kamar miliknya lalu melangkah kembali menuju kamar Clarisa. Tampak gadis itu kini tengah sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas. Ia berjalan menghampirinya dan mengambil tempat di samping Clarisa yang kini tengah duduk lesehan di lantai.
"Gue minta maaf buat yang semalem. Gue tau kalo gue salah, nggak seharusnya juga gue marah-marah nggak jelas cuman gara-gara kesakitan. Bahkan sampe mau ngamuk semalem, harusnya gue bisa jaga emosi. Apalagi lo cewek, nggak seharusnya juga gue bisa kayak semalem."
"Baguslah kalo lo udah sadar."
Rio menatap Clarisa yang tampak sibuk dengan aktivitasnya. Bahkan gadis itu saat berbicara saja tidak menatap ke arahnya. Ia menghela napas, ia tau jika Clarisa masih cukup marah dan sakit hati dengan perbuatannya. Ia tau kalau ia cukup keterlaluan dengan ucapannya, ia seolah bukan menjadi Rio. Meskipun ia akan berkata lembut pada semua gadis, akan tetapi tidak jika berhadapan dengan Clarisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...