Senin Malam

32.3K 870 24
                                    

Kasih tahu kalo ada typo!

***

Rio menatap ruangan yang tak seluas kamarnya ini sembari memutar-mutar ponselnya. Ia jadi teringat dengan ucapan Cika tadi. Gadis yang menghentikan langkahnya dan berusaha menjelaskan kesalahpahaman antaranya dan Clarisa. Cika terus berujar jika ia salah paham. Namun, ia tidak sepenuhnya percaya dengan ucapan dari gadis itu karena ia tau jika Cika berada dipihak Clarisa. Ya walaupun pada akhirnya ia menerima permintaan Cika untuk sedikit berbaik hati pada Clarisa, dan sedikit merubah sikapnya kembali seperti dulu lagi.

Tadi saat istirahat, Rio memang izin untuk ke kamar mandi, dan setibanya di kantin, yang ia dapati adalah keberadaan dari Clarisa dan Cika yang akan semeja dengannya. Ia yakin jika ini adalah ulah dari Bima. Namun, ia juga berpikir ini adalah ulah dari Cika. Sesuai dengan permintaan dari Cika, ia tidak berbuat apa-apa dengan keberadaan dari Clarisa dan mengabaikan mengenai permusuhan yang sudah kokoh ia dirikan selama beberapa hari ini.

Rio mengernyit saat melihat sesuatu yang tampak terselip di bawah meja. Ini adalah foto. Foto ini tampak tidak asing. Ia jadi teringat jika Clarisa akan marah kalau sampai foto ini hilang. Hanya saja, foto yang tengah ia berada padanya ini berbeda dengan foto itu. Dalam jepretan ini, terdapat foto Clarisa, Cika, dan seorang yang sama sekali tidak Rio kenali. Benda ini juga tampak tidak berada pada pigora. Orang ini adalah orang yang sama dengan foto yang membuatnya cemburu, hanya saja yang membedakan adalah terdapat Cika saja di sana.

Memilih untuk tidak berpikir terlalu jauh, Rio memutuskan untuk memasukkan foto berukuran kecil ini ke dalam saku celananya. Cowok bertubuh tinggi itu segera bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Sebenarnya, Rio pergi ke kamar tamu ini hanyalah membantu mamanya yang katanya kehilangan ponsel. Wanita itu berujar jika baru saja membersihkan kamar tamu, akan tetapi Rio tidak menemukan apa-apa di sana. Setelah cukup lama, wanita itu datang dan mengatakan jika ponselnya ternyata berada di dapur.

Karena ulah mamanyalah, Rio kini terlambat datang ke rumah Bima. Cowok itu mengatakan jika tengah sakit dan kedua orang tuanya sedang tak ada di rumah. Ia juga berujar jika tak ada siapa-siapa yang bisa dibabu jika ia membutuhkan sesuatu. Meski kesal dengan Bima yang seolah menjadikannya pembantu, Rio tetap datang. Ia masih memiliki hati nurani kepada Bima. Kawannya itu sudah mempunyai banyak jasa kepadanya.

Rio telah tiba di rumah Bima yang tampak sepi. Lampunya saja belum dinyalakan, dan dari sepengetahuan Rio, lampu yang menyala hanya satu ruangan saja, itupun bertepatan dengan kamar Bima. Terdengar decakan pelan dari mulut Rio. Cowok itu mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter. Baru setelahnya ia melangkah masuk ke rumah Bima. Ia menyalakan lampu ruangan yang mengarah ke kamar Bima.

Tiba di kamar kawannya, pandangan pertama Rio adalah keadaan kamar yang tampak sangat berantakan. Ia bersikap biasa saja, berteman dengan Bima memang harus banyak-banyak bersabar. Kawannya ini jika tengah sakit, pasti kamar tampak seperti area tempat perang. Pandangan Rio beralih pada Bima yang menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut sehingga mirip dengan gundukan. Terdengar suara dengkuran Bima yang keras, dan lagi-lagi Rio sudah terbiasa dengan ini. Meskipun pada awalnya Rio cukup kesulitan untuk beradaptasi dengan tingkah Bima yang semuanya terasa asing.

"Bim, orang tua lo masih lama pulangnya?"

Perlu diketahui, Bima adalah salah satu dari sekian juta orang yang mudah terbangun dengan suara. Kawan Rio itu tampak menggeliat kemudian membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya perlahan. Cowok itu kemudian duduk dengan tubuh yang bersandar pada sandaran ranjang. Dapat dilihat dengan jelas jika wajahnya tampak sedikit pucat. Matanya yang sayu itu menatap ke arah Rio yang masih berdiri di ambang pintu.

CLARIO✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang