Kasih tahu kalo ada typo!
***
Clarisa bergerak dengan perlahan keluar dari kamar. Kali ini ia tidak memakai sepatu, ia memakai sandal jepit karena kakinya membengkak. Tadi ia sempat mencoba memakai sepatu, hanya saja ia merasa cukup kesakitan. Semoga saja nanti saat di sekolah para guru bisa memaklumi keadaannya. Saat ia baru membuka pintu, tampak sang papa sudah rapi dengan setelan kerjanya. Pria itu tersenyum dan membantunya melangkah ke meja makan. Clarisa sungguh merasa beruntung karena sudah ditunggu papanya dan dituntun menuju meja makan.
"Kamu yakin Ris ke sekolah? Kaki kamu belum memungkinkan loh, Ris."
Mendengar ucapan mamanya saat ia tiba di meja makan membuat bibir Clarisa mengerucut. Sebenarnya yang diucapkan mamanya ada benarnya, sudah pasti di sekolah nanti ia akan menyusahkan Cika. Hanya saja ia ingin sekolah. Tujuannya selain belajar untuk mendapatkan ilmu dari guru, Clarisa juga ingin melihat Rio. Cowok yang mampu membuat jantungnya berpacu dua kali lipat meskipun hanya melalui sebuah foto.
"Nggak usah cemberut gitu. Papa izinin kamu sekolah, tapi nanti pas istirahat makannya di kelas aja, minta Cika buat bawa makanan sama minuman kamu, oke?"
Clarisa mengangguk senang. Papanya ini semakin perhatian setelah kepulangannya dari luar kota. Clarisa memakan sarapannya dengan lahap, benar-benar lahap. Ia seolah tidak sabar untuk bertemu dengan Rio. Berbicara tentang cowok itu, Clarisa sama sekali tidak paham dengan perubahan sikap Rio kemarin yang seolah berubah dengan cepat. Kemarin bahkan Clarisa dapat melihat dengan jelas jika Rio tampak tidak suka dengannya, ia dapat melihat itu dari gerak-geriknya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Clarisa dibantu mamanya masuk ke mobil. Kali ini Clarisa akan diantar oleh sang papa karena mamanya belum menyelesaikan urusan dapurnya. Maka dari itu sang papa dengan baik hati menawarinya tumpangan. Tentu Clarisa setuju meskipun ia tahu jika papanya harus datang lebih siang karena harus mengantarkannya terlebih dahulu.
Setibanya di sekolah, Ade, papa Clarisa turun dari mobil terlebih dulu lalu membukakan pintu untuk Clarisa. "Pelan-pelan turunnya, Ris," ucapnya sembari membantu putrinya.
Setelah kaki Clarisa menyentuh tanah, gadis itu langsung menyalami tangan papanya. "Papa berangkat aja. Clarisa jalan sendiri ke kelas. Tenang aja, bisa, kok."
"Emang bisa? Nanti kamu jatuh lagi."
Saat Clarisa akan menjelaskan tentang kondisinya, seseorang memanggilnya. Ia menoleh, mendapati Abraham yang tampak berjalan menghampirinya. Clarisa yakin jika cowok itu sudah pergi ke kelas, dapat dilihat dari pria itu sudah tidak ada tas yang bertengger di punggungnya. Ia tersenyum melihat Abraham. Saat cowok itu sudah berada di sampingnya, ia langsung menatap papanya.
"Pa, ini ada temen Clarisa. Aku ke kelas sama dia aja, ya? Papa berangkat kerja aja," ujar Clarisa.
Papa Clarisa menatap ke Abraham yang kini tengah tersenyum sopan ke arahnya. Pria paruh baya itu mengangguk kemudian mencium kening Clarisa. Senyum Clarisa seketika terbit, gadis itu lalu mencium tangan papanya dan berlalu bersama dengan Abraham. Keduanya berjalan dengan perlahan menuju kelas, akan tetapi langkah mereka terhenti saat Cika menghentikan keduanya dan menyuruh mereka untuk pergi ke mading sekolah.
Saat mengetahui apa yang terjadi, mata Clarisa membulat dengan sempurna. Gadis itu merobek foto-foto dirinya bersama dengan beberapa anak laki-laki. Clarisa tau jika foto tersebut adalah foto dirinya dengan para mantannya. Selain itu, terdapat juga tulisan yang bertuliskan "JALANG SEKOLAH", tentu hal itu membuat Clarisa merasa sakit hati. Ia akui, banyak orang yang membenci dirinya, tapi belum pernah ada yang sampai berbuat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARIO✔️
Dla nastolatkówFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TAMAT Dulu pernah berjudul: • Playboy Vs Playgirl • QUANDO *** Dia Rio. Laki-laki dengan wajah yang tampan. Perempuan mana yang tidak mau menjadi pacar seorang Rio Mahesa? Pria yang memiliki wajah yang sangat sempurna...