05.00
Pukul lima tepat, jam weker ku berbunyi. Aku memang selalu menyetel weker sepagi mungkin agar aku bisa memanfaatkan pagi hariku dengan produktif, jaga-jaga apabila aku melupakan tugas kuliahku atau apapun.
Mengingat bagaimana Seonghwa dan Yeeun tadi malam, rasanya aku tidak berhasrat untuk sarapan pagi ini. Ah, Sohye bodoh! Apakah aku baru saja jatuh cinta dengan bajingan itu? Ini tidak mungkin!
Aku meraih beberapa helai pakaian dan segera masuk ke kamar mandi. Baiklah, tuan shower, tolong dengarkan keluh kesahku lagi, hari ini.
Selesai mandi, aku hanya duduk di pinggir kasurku sambil merenung. Mataku cukup perih karena lagi-lagi, aku memaksakan mataku untuk bekerja keras di bawah pancuran air. Ah, salah, air mataku. Yah, kau paham tentang apa yang aku lakukan di kamar mandi tadi, kan?
Aku melirik jam wekerku. Masih jam setengah enam pagi, kuliah hari ini dimulai pukul delapan. Masih ada banyak waktu sebelum aku bertemu dengan San dan kembali menangis seperti bocah dungu di depan matanya.
Oh ya, aku lupa tentang San. San, atau nama lengkapnya adalah Choi San, ia adalah sahabat terbaikku. Meskipun aku baru mengenalnya selama tiga tahunan, rasanya aku seperti mengenalnya selamanya. Ia sangat baik hati, perhatian, dan yang terpenting, ia mengetahui hubunganku dengan Seonghwa. Aku bersyukur San selalu tutup mulut mengenai ini, atau mungkin jika tidak, aku telah melemparnya dari fly over sejak semester kemarin.
Ah, sudahlah. Aku akan menyiapkan sejuta cerita untuk bertemu dengan San nanti. Aku pun memaksakan kakiku untuk keluar kamar dan memasak beberapa sarapan untuk kami. Yah, aku lihat baik Seonghwa maupun Yeeun belum ada yang keluar dari kamar mereka. Pasti belum ada yang bangun.
Haha, jangan berpikir aku terlalu baik. Mana sudi aku berbuat baik untuk mereka, kecuali hari ini. Mungkin jin baik yang biasanya menempeli San sedang bermain ke flatku.
Aku membuka kulkas kami. Kulkas dua pintu besar, seperti di TV. Seonghwa membelikanku kulkas ini setelah beberapa bulan yang lalu aku mengeluh tentang kapasitas kulkas yang lama. Aku memenuhinya dengan bahan makanan, sedangkan Seonghwa memenuhinya dengan berbagai macam es krim. Ck.
Untunglah masih banyak bahan-bahan yang tersisa di dalam kulkas. Sebenarnya bahan-bahan itu tidak akan berkurang kecuali aku yang memasaknya. Yeeun mana bisa memasak, aku yakin ia hanya bisa menghamburkan uang atau tidur dengan Seonghwa. Aku tidak peduli.
Olahan mie sepertinya cocok untuk pagi ini. Jujur saja, pagi ini cukup dingin, aku bahkan melapisi kemejaku dengan sweater oversize yang hangat. Mendadak aku ingin tahu apa yang mereka lakukan sekarang. Mungkin saat ini Yeeun sedang memeluk Seonghwa di balik selimut yang hangat, lalu Seonghwa akan membelai rambutnya sambil menceritakan sesuatu. Orang seperti Seonghwa pasti sangat lihai memperlakukan wanita.
Selagi aku memasak mie ku, aku merasakan sebuah lengan dan tubuh yang hangat berdiri di belakangku. Merengkuh tubuhku dan menenggelamkan wajahnya pada bahuku. Ini tidak mungkin Yeeun, yang benar saja. Ini pasti Seonghwa.
"Pagi, sayang," ucap Seonghwa dengan morning voice-nya.
Sayang sekali, aku tidak mau dan tidak sudi termakan omongan buaya.
"You must be drunk. Am I right?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari panci.
"Probably yes, my lover,"
Apakah aku boleh muak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye