Aku membanting pintu kamarku dan menangis sejadi-jadinya. Oke, aku mengerti jika Seonghwa tidak mencintaiku, dan aku juga mengerti jika ia ingin bersama dengan Yeeun, tapi tidak begini caranya. Memangnya aku ini apa? Aku hanyalah pembantu yang hanya akan dicarinya saat ia butuh.
"Sohye?"
Suara bajingan itu. Aku membencinya, aku benci Park Seonghwa!!
"Sohye, open the door,"
Cih, siapa kau, seenaknya mengaturku.
"Buka pintunya atau aku dobrak??"
Astaga, pria brengsek ini makin jadi saja.
"Pergi." Aku berucap. "Pergi, Seonghwa."
"Sohye, aku--"
"PERGI, SEONGHWA. PERGI!!!"
Persetan dengan perasaan Seonghwa. Aku berteriak dari dalam sini. Sebenarnya aku ingin sekali berteriak di depan mukanya, tapi muka seolah-olah tanpa dosa itu membuatku sangat ingin menghancurkannya.
Aku tidak mendengar suara ketukan lagi. Pria brengsek itu mungkin sudah lelah menghadapiku. Benar kata orang-orang, sifat kita akan menyerupai pasangan kita. Tetapi, hanya sifat keras kepala Seonghwa yang menular padaku, sisanya tentu saja tidak. Aku tidak akan sudi menjadi brengsek seperti Seonghwa.
Aku bergerak mencari ponselku. San, hanya San yang ada di pikiranku saat ini. Jika saja kami tidak tinggal di apartemen, aku pasti sudah melompat keluar jendela dan berlari sampai kakiku patah sampai rumah San.
Sayang sekali, tidak. Aku tidak hanya mematahkan kakiku jika aku memaksa untuk melompat dari lantai delapan ini. Nyawaku akan patah juga, yang benar saja. Tetapi aku terlalu malas untuk melewati pintu karena ada Seonghwa di sana.
Fuck it, Park Seonghwa. A jerk will always be a jerk.
"Halo?"
Ah aku lupa, aku kan menelepon San.
"San," ucapku.
"Kenapa? Lo gak sakit gara-gara keujanan kan? Lo dimarahin lagi? Ditampar??"
Aku menarik kedua sudut bibirku, membentuk sebuah senyuman kecil. Jika San bisa seperhatian ini padaku, mengapa Seonghwa tidak?
"San, gue... Gue dibuang,"
"Dibuang..? Maksud lo?"
Aku tertawa kecil. "Dia beliin gue rumah, San. Dia bisa ngelakuin semau dia tanpa gue di sini,"
Hening, San tidak berkata-kata di ujung sana. Sebagai gantinya, aku mendengar suara-suara aneh, seperti San sedang melakukan sesuatu.
"Gue bakal jemput lo, no matter what. Kalo perlu, gue bakal tonjok mukanya Seonghwa. Tunggu di sana," ucap San.
"San, gak usah--"
Sambungan terputus. Aku benar-benar takut jika San akan datang ke flat, apalagi jika mereka berdua sampai terlihat baku hantam. Apa kata tetanggaku nanti? Dan apa kata Wooyoung jika melihat muka San penuh luka lebam?
Aku melipat kakiku dan berdoa pada Tuhan, memohon untuk San. Tidak apa-apa jika Seonghwa terluka, bajingan itu pantas mendapatkannya. Tapi, San tidak.
Di tengah doaku, aku mendengar pintu depan flat yang dipukul dengan keras, cenderung brutal. Pasti San. Aku tidak menyangka San akan datang secepat ini.
"SOHYE!!"
Aku mengadahkan kepalaku. Itu benar-benar San, teriakannya.
"MINGGIR LO, BAJINGAN!! LO GAK PANTES DAPETIN SOHYE!!"
Sungguh, jantungku berdetak begitu kencang. Aku ingin keluar dan menolong San, tapi aku tidak mau semakin memperkeruh keadaan. Ya Tuhan, tolong lindungi San.
Bagaimana suara benda yang terbanting hingga tubuh yang terbentur tembok, aku mendengarnya dari dalam kamar. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tampaknya San dan Seonghwa setelah ini.
"PERGI! GAK USAH TEMUIN ISTRI GUE LAGI!!"
Seonghwa sialan, bagaimana bisa ia menyebutku sebagai istrinya ketika ia tidak bertindak selayaknya suamiku?
Aku menjatuhkan tubuhku ke kasur dan kembali menangis. Mengapa takdirku harus seperti ini?
Ting!
San 🔆
maaf, gue gak berhasil bawa lo pergi. maafin gue, hye, tapi gue udah berhasil mukul bajingan itu
gak usah khawatirin gue, gue gapapasehari update satu chapter doang itu kesedikitan nga sih? sehari pengen update dua kali, tapi gak mau way back home cepet abis huhu :" meskipun way back home bakal jadi long journey.
untuk menyambut malam minggu kelabu, ayo kita nyanyi. mulai dari aku,
fix on!
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye