Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔

20 : late night thought

Aku menyelesaikan kegiatan mengepakku pada malam hari. Jika aktivitasku tidak terpotong karena kedatangan kak Hongjoong, Seonghwa yang tiba-tiba rewel dan seratus gangguan lainnya, aku pasti sudah selesai dari tadi sore.

Aku menyenderkan tubuhku di sofa. Ini adalah malam terakhirku di flat, seharusnya aku bisa menjadi ratu malam ini.

"Hey." Seonghwa duduk di sofa sebelahku sambil menatapku. Tatapannya melunak malam ini, Seonghwa mode sampah sudah dimulai.

"What?" tanyaku.

Seonghwa tidak menjawab. Ia menggeser posisinya dan tiba-tiba memijat pundakku. Seonghwa adalah pemijat yang buruk, asal kau tahu saja.

"Kamu repot karena aku, aku minta maaf," ucapnya.

"Ck, emang kapan kamu gak ngerepotin sih?" dengusku.

"Aku tau aku gagal jadi suami yang baik. Tuhan akan ngutuk aku sebentar lagi,"

Aku terkekeh. "Aku pikir Tuhan gak akan repot-repot ngutuk kamu. I myself am a curse,"

"Don't underestimate yourself. Kamu perfect," ucap Seonghwa.

Aku menguap. Aku lelah.

Seonghwa tiba-tiba memapah tubuhku dan membawaku masuk ke kamarnya. Aku hampir terjatuh karena terkejut.

"What did you do?! It's not my room!" seruku.

"It's your room today. Our room, let's sleep," jawab Seonghwa enteng.

Aku panik. Apa yang akan pria ini lakukan?? Tunggu, kamar Seonghwa rapi sekali, tidak seperti biasanya. Apakah ia membereskan kamarnya saat aku mengepak tadi?

Seonghwa membaringkanku di kasurnya dengan lembut. Yeeun beruntung, Seonghwa adalah pria yang sangat manis saat ia punya otak.

"WHAT YOU GONNA DO??" tanyaku.

Seonghwa melepas kemejanya dan hanya menyisakan kaos tipis yang membalut tubuh atasnya. Perlu ku akui Seonghwa bekerja cukup keras di gym akhir-akhir ini. Tubuhnya sangat gila.

"Sleep," jawabnya.

Seonghwa naik ke kasur dan lengannya hendak memelukku lagi. Aku membalikkan tubuhku secepat mungkin agar tidak tidur menghadap Seonghwa. Sialan, jantungku tidak mau bekerja sama denganku.

"Sohye, sini," ucap Seonghwa. Ia berusaha membuatku tidur menghadapnya.

"No,"

"Sini, aku mau bilang sesuatu,"

Mau tidak mau, aku membalikkan tubuhku dengan canggung. Bagaimana bisa, selama tiga tahun kami menikah, aku tidak pernah ada di posisi ini.

Seonghwa mendekatkan dirinya padaku dan tangannya membelai lembut rambutku. Tatapan hangatnya menatap tepat di mataku. Tuhan, Seonghwa melemahkanku lagi.

"Yeeun is lucky," ucapku.

"Why?"

"She had you,"

Air mataku kembali menetes tanpa ku minta. Sebenci apapun aku pada Seonghwa, aku tidak ingin berpisah dengannya. Semerepotkan apapun, se-childish apapun, sebrengsek apapun, kapal hatiku enggan meninggalkan pelabuhan Seonghwa.

"You had me. You are still my number one, gak ada yang bisa nggeser posisi kamu," ucap Seonghwa.

"Apa artinya aku ketika kamu masih perjuangin Yeeun? Aku yang salah, aku ngehadapin sama kamu pake hati, perasaanku gak pernah tau diri,"

"Kamu tau gak, ada banyak tengah malam yang terbangun di antaranya. Aku frustasi, aku marah sama perasaanku, bahkan aku marah sama Tuhan. Aku tau aku pria paling gak punya otak di semesta ini. Aku benci karena dipertemukan sama Yeeun. Aku benci diriku yang selalu bikin kamu nangis. Aku tau aku salah, tapi Tuhan gak ngelepasin aku begitu aja dari Yeeun. Aku udah dikutuk,"

"Seonghwa, kamu tau perbedaan kamu sama bunglon?"

"Nope. Apa?"

"Bunglon berubah warna untuk sembunyi, kamu berubah sikap untuk pergi,"

"I'm not going anywhere. Aku tetep di sini dan aku tetep suami kamu. Come to me when you need me,"

Seonghwa merapatkan tubuhnya dan memeluk pinggangku. Untuk pertama kali dalam hidupku, aku menangis di dada Seonghwa. Tuhan, jika ini adalah mimpi, maka aku memohon agar aku tidak pernah terbangun dari mimpi indah ini.

Terima kasih, Seonghwa. Setidaknya aku bisa merasakan bahagianya memilikimu. Even it's not for longer.

perasaanku terombang-ambing

ateez wanted berapa menit lagiiii