29 : every movie is sad movie

5.6K 1.1K 193
                                    

Aku datang ke lantai tiga bersama kak Hongjoong yang sama-sama menenteng paper bag berisi perlengkapan dapur dan beberapa perlengkapan rumah lainnya, sedangkan barang-barang yang besar akan di kirim ke rumah. Seonghwa dan Yeeun telah tiba di snack court terlebih dahulu.

"Hai," sapa kak Hongjoong awkward.

Aku memperhatikan barang belanjaan Yeeun. Dari atas sampai bawah, barang-barang yang Yeeun beli semuanya merupakan branded fashion yang harganya tidak main-main, sedangkan diriku hanya menenteng barang-barang rumah.

Kak Hongjoong juga tersenyum miring melihat belanjaan Yeeun, "Dari belanjaan doang udah keliatan ya mana cewek beneran, mana yang cewek banget sampe gak kayak cewek."

"Kamu belanja itu doang? Abis ini kamu ikut aku butik," ucap Seonghwa padaku.

"Aku?" tanya Yeeun. "Aku gimana?"

"Kamu tunggu sini sama Hongjoong," jawab Seonghwa.

Sungguh, aku ingin tertawa dibuatnya. Seonghwa menunjukkan sifat brengseknya di depan Yeeun? Yang benar saja, aku pasti bermimpi.

"Terus kamu berduaan gitu sama Sohye??" Yeeun tampak tidak terima. Hei nona, aku kan Kim Sohye, istrinya Park Seonghwa.

"Ck, biarin aja kenapa sih, masa suami gak boleh jalan bareng istrinya?" ucap kak Hongjoong.

Mulut kak Hongjoong pedas sekali. Kalau begini caranya, aku perlu belajar banyak pada kak Hongjoong agar bisa mematikan Yeeun.

"Udah-udah jangan berantem. Ayo masuk, bentar lagi filmnya mulai." Lagi-lagi, Seonghwa yang melerai kak Hongjoong dan Yeeun. Andai Seonghwa yang tenang ini ada setiap hari, pasti bumi akan damai.

Kami menitipkan barang belanjaan kami dan masuk beriringan ke dalam studio. Kegilaan Seonghwa dimulai lagi, ia memilih duduk di antara aku dan Yeeun, kemudian kak Hongjoong ada di sebelahku. Jika saat film diputar Seonghwa dan Yeeun terlalu lovey dovey, aku bersumpah akan angkat kaki dari bioskop.

"It's freaking cold, use my jacket," ucap Seonghwa. Ia melepas jaketnya dengan gagah dan memberikannya padaku.

Sebenarnya ada apa dengan hari ini, mengapa tiba-tiba aku menang dari Yeeun?

"Thanks," jawabku.

Aku melirik ke arah Yeeun. Wanita itu membentuk ekspresi muka kesal, namun ia tidak mengucapkan sepatah kata apapun.

Tak lama setelahnya, film pun diputar. Aku tidak terlalu tahu film apa ini karena jujur saja, aku bukan penikmat film. Aku juga tidak terlalu menyimak filmnya, yang aku tahu, film ini film tentang cinta.

Aku merasakan telapak tanganku yang aku tutupi dengan jaket Seonghwa digenggam oleh kak Hongjoong. Tangannya dingin sekali, aku reflek menatap wajahnya.

"Dingin ya kak?" bisikku.

Kak Hongjoong mengangguk. Aku berbagi jaket Seonghwa dengan kak Hongjoong, namun sepertinya Seonghwa tidak terlalu suka dengan hal ini. Tangannya menarik lembut kepalaku dan menyenderkannya di bahunya. Tidak berhenti sampai situ saja, bahkan tangan kirinya juga merangkul bahuku.

"Did you enjoy the movie?" tanya Seonghwa.

"Not really," jawabku.

"Mau pindah film?" tanyanya lagi.

Aku menggeleng. Pria ini, bisakah ia tidak usah menghamburkan uangnya?

"Aku juga gak terlalu enjoy filmnya, kita belanja aja," tambahnya.

"Seonghwa, stay," ucap Yeeun tegas.

Seonghwa berbalik menatap Yeeun. Dalam hati aku berdoa agar Seonghwa menolak Yeeun, atau mengatakan apapun yang membuat wanita ular itu terdiam.

"Kamu lanjutin nontonnya sama Hongjoong, aku mau nemenin Sohye belanja," ucap Seonghwa.

"What? Gak bisa gitu dong--"

"Kamu yang milih film ini, selesaiin aja. Aku tau kamu udah mau nonton film ini dari lama." Seonghwa memotong ucapan Yeeun. "Hongjoong, temenin Yeeun bentar."

"Hhhh, yaudah sana pergi lo berdua. Awas, jangan sampe ngapa-ngapain Sohye!" ucap kak Hongjoong.

"Ck!" Seonghwa berdecak. "My wife will stay safe with her husband, you do not have to and doesn't have a right to feel anxious."

Seonghwa menggandeng tanganku keluar dari studio. Ah, rasanya hangat dan nyaman bisa pergi dari ruangan yang sangat dingin itu.

"Kamu kedinginan?" tanya Seonghwa. Ia pasti melihatku yang sibuk menggosok-gosokkan telapak tanganku.

"Iya," jawabku.

Seonghwa merangkul pinggangku dan mengikis jarak di antara kita. "Everytime you felt cold, you can hug me," ucapnya.

Kami pun berjalan keluar dari bioskop. Sebenarnya aku juga tidak punya ide akan pergi ke mana. Jika Seonghwa benar-benar membawaku untuk belanja benda-benda yang mahal, aku benar-benar tidak tahu harus pergi ke mana.

"Kamu suka brand apa?" tanyanya.

"What kind of brand? Aku gak pake barang-barang mahal," jawabku.

"Baju. Tadi Yeeun udah beli baju, kamu juga harus beli," ucapnya.

Ah.

"Kamu udah ngabisin berapa banyak uang buat Yeeun?" tanyaku.

Seonghwa tampak berpikir. "Aku gak terlalu yakin, aroud enam juta, mungkin?" jawabnya dengan ragu-ragu. "Gak semuanya uang aku kok, Yeeun juga bayar pake uangnya sendiri. Ya walaupun sebagian doang sih."

Aku menepuk dahiku. Bagaimana bisa ia membiarkan Yeeun menghabiskan enam juta hanya dalam waktu satu jam??

"Aku udah bilang sama kamu, hemat Seonghwa, hemat. Aku tau uangmu gak bakal abis, tapi apa salahnya berhemat sih??" omelku. "Kita puter balik ke supermarket aja, gak perlu belanja barang-barang mahal."

"Loh kok gitu??"

"Enam juta itu lebih dari cukup buat beli perlengkapan hidup. Daripada cuma buat beli baju, lebih baik buat beli makanan," jawabku.

"Good, aku gak salah punya istri,"

"Ya, tapi kamu bodoh. Kamu justru nyingkirin aku yang which is a good wife materials untuk Yeeun yang materialistik."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang