"Makasih, pak," ucapku sambil mengembalikan helm pada driver jo-gek.
Driver tersebut tersenyum ramah padaku. Aku salut dengan orang-orang seperti ini, mereka bekerja membanting tulang untuk bayaran yang tidak seberapa, namun mereka selalu menjalani pekerjaan mereka dengan ikhlas dan dengan senyuman hangat yang memulas wajah mereka. Aku harap Tuhan membayar seluruh tetes keringat mereka dengan bayaran yang setimpal.
Aku segera berjalan menuju lift dan menekan tombol untuk mencapai lantai delapan. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikiran Seonghwa, hingga ia memilih untuk membeli flat di lantai atas. Apartemen kami hanya terdiri dari sebelas lantai, memang, tetapi jika ada keadaan darurat, penghuni lantai atas pasti akan menjadi yang paling kalang kabut menyelamatkan diri.
Hehe, untung aku sudah pindah ke rumah. Sendiri dan damai.
Lift terbuka dan aku kembali melangkahkan kakiku ke flatku. Aku menekan passcode dengan hati-hati, kalau-kalau Seonghwa mengganti passcode-nya, maka alarm akan berbunyi dan aku pasti akan malu sekali.
Pintu flatku ternyata bisa terbuka, Seonghwa tidak mengganti passcode-nya. Namun, sebelum aku sempat masuk lebih dalam, sepatu hak tinggi sudah ada di depan pintu dan dari sini pun aku dapat mendengar suara Seonghwa yang mengaduh kesakitan.
Kau tahu, kan, Seonghwa adalah tipe orang yang sangat manja saat ia sakit, apalagi ketika aku mengobati luka pria itu. Namun, ini kan Yeeun, aku tidak yakin Yeeun tahu cara membersihkan luka dengan benar.
Aku memilih untuk berbalik dan tidak masuk lebih dalam. Sudah ada Yeeun, seharusnya aku bisa sedikit menghormati wanita itu atau Seonghwa tidak segan-segan untuk melakukan hal seperti yang ia lakukan pada San kepadaku.
"Aw! Pelan-pelan!" seru Seonghwa.
Ah sudahlah aku tidak peduli, semoga Yeeun benar-benar bisa diandalkan untuk menjadi penggantiku.
Aku membuka pintu rumahku dengan lesu. San yang sedang duduk nyaman di depan tv sambil mengangkat kakinya itu sedikit terkejut karena kehadiranku.
"Lah, kok pulang nyet? Laki lo gak jadi dikecapin?" tanya San.
Aku memukul kepala laki-laki itu dengan bantal sofa di sebelahku. "Laki gue bukan nasi goreng, anjir!" omelku. "Udah ada pawangnya, pulang lah gue, ngapain ribet-ribet ngurusin, yakan?"
"Enak kali ya laki lo di goreng," celetuk San.
"Jangan kanibal, ntar gue sebatang kara kalo laki gue gak ada,"
Yah, aku merantau ke ibukota hanya berdua dengan Seonghwa, itu sebabnya aku tidak kenal siapa-siapa lagi kecuali San dan kak Hongjoong. Aku tidak sudi mengenal Yeeun maupun Wooyoung, Mingi, ataupun Yeosang. Berguna apa mereka di hidupku?
"Berarti Tuhan maunya lo ngurusin gue doang," ucap San. "Kalo lo bener-bener pegat sama Seonghwa, lo mau gimana? Ngejomblo?"
Aku kembali memukul San dengan bantal. Persetan dengan luka-lukanya yang masih basah, ia tidak bisa menjaga omongannya, sama seperti kak Hongjoong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye