"Mulut kamu gak bisa dijaga ya?? Istri macem apa sih kamu?!" bentak Seonghwa.
Air mataku benar-benar keluar. Sialan, Park Seonghwa.
"Kamu yang suami macem apa!! Kamu gak tau diri, kalo seneng larinya sama Yeeun, kalo lagi sakit baru inget aku. Kamu pikir aku gak punya hati, begitu? Kamu pikir aku gak sakit hati tiap kalian berduaan? Aku lebih berhak atas kamu, bukan Yeeun! Kita berhenti aja, aku capek sama kamu!"
Aku berlari keluar flat secepat mungkin tanpa menghiraukan Seonghwa yang berkali-kali berteriak memanggilku. Persetan dengan seisi apartemen yang menatapku aneh karena menangis sembari berjalan. Aku muak.
Aku melambaikan tanganku pada setiap taksi yang lewat. Tidak ada satupun yang berhenti karena keadaanku yang sangat berantakan seperti orang gila ini, kecuali taksi terakhir, taksi langgananku yang kebetulan baru mengantar seseorang ke apartemen.
"Loh, Mbak Sohye kok nangis?" tanya bapak pengemudi dengan ramah.
"Gapapa pak," jawabku.
"Mau kemana mbak?"
"Rumahnya San, pak. White Hill City,"
tok tok tok
Aku mengetuk pintu flat San dengan tangan yang bergetar, dengan air mata yang mengalir deras.
"Siapa--"
Sesaat setelah San membuka pintu flatnya, aku segera menghambur memeluk erat tubuh San. Aku kembali menangis.
"Anjir jelek banget lo, kok nangis??" tanya San.
Aku tidak menjawab. San bodoh, hatiku terlalu sakit untuk bercerita.
"Yuk masuk ah, gue takut disangka ngehamilin anak orang sama tetangga," celetuk San.
"Bacot," ucapku.
San membawaku duduk di sofanya, dan aku kembali menangis sambil memeluk San dari pinggir. Persetan dengan fakta bahwa aku memeluk orang yang bukan suamiku, jika Seonghwa bisa bertindak seenaknya, mengapa aku tidak?
"Lo kenapa, Hye? Diapain lagi sama Seonghwa?" tanya San sambil mengelus rambutku.
Ah, jika aku bisa memilih takdir, rasanya lebih baik menikah dengan San daripada menikah dengan Seonghwa.
"Potong bebek angsa, angsa di kuali. Sohye itu princess, Seonghwa itu tai. Serong ke kanan, serong ke kiri, lalalalalalalalalalala." San bersenandung kecil untukku. Walaupun liriknya tidak berguna, setidaknya ia bisa membuatku sedikit rileks.
Aku tertawa kecil, kemudian menghapus air mataku dan berpindah menyender pada bahu lebar San. Lelaki itu terus membelai lembut rambutku, hingga ia menyadari bekas merah di pipiku.
"Seonghwa abis main tangan?" tanyanya.
Aku mengangguk. Sepertinya ini adalah awal dari puncak kemarahan Seonghwa. Selama ini ia hanya melontarkan kata-kata pedasnya tanpa pernah memukulku, dan aku juga tidak pernah benar-benar marah sampai lepas kendali seperti ini.
San menggelengkan kepalanya. "Udah gue bilang, selesaiin semuanya secara baik-baik. Mau sampe kapan lo hidup di dalem kekangan si bangsat??"
"Gue gak bisa, San. Lo tau--"
"It's not just about your family, Sohye. Lo yang ngejalanin pernikahan ini. Lo gak bisa kalo terus-terusan gak bahagia, apalagi Seonghwa yang selingkuh di depan mata lo. You are his number one, lo gak pantes ada di posisi sebagai 'cadangan'."
Ucapan San menohok hatiku sangat dalam. San benar, tapi aku benar-benar tidak bisa lepas begitu saja dari Seonghwa. Apa kata keluargaku nanti jika aku tidak bisa menjadi istri yang baik untuk Seonghwa? Bisa-bisa aku dicap memalukan.
"Gue gak bisa, San. Gue gak bisa..."
"Lo udah cinta sama Seonghwa. Iya kan?? Iya lo cinta sama Seonghwa, dianya enggak. Jatuh cinta sepihak itu gak pernah enak, apalagi ketika lo berhak atas Seonghwa, tapi lo gak bisa menikmati hidup jadi pendampingnya.
Kita udah mau masuk semester tujuh, Hye. Lo harus mulai lupain yang namanya Seonghwa, fokus kejar kuliah dulu. Lepas kuliah lo dapet kerjaan, lo bisa pergi dari Seonghwa."
jadwal updatenya aku ganti jadi daily update deh ya. bucinku udah ketinggian buat jarang update
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye