Kami sampai di gereja pada pukul sepuluh lebih sekian menit. Yah, walaupun tidak terlalu terlambat, kami tetap merasa tidak enak pada pastor.
"Pastor yang bakal temenin kamu konseling namanya Pastor Lee," ucapku.
Aku menarik tangan Seonghwa menuju ruangan Pastor Lee di sisi dalam gereja. Untuk gereja di tengah kota seperti ini, kegiatan konseling bersama pemuka agama cukup ramai peminatnya, maka dari itu ada baiknya jika kami tidak membuang-buang waktu.
"Ini ruangan Pastor Lee, diinget-inget ya," ucapku lagi.
Aku mengetuk pintu ruangan Pastor Lee dan segera membukanya setelah Pastor mengizinkan kami masuk ke dalam ruangan. Aku dan Seonghwa duduk bersebelahan menghadap Pastor Lee yang mengenakan pakaian khas pastor.
"Selamat pagi, pastor," sapa kami.
"Pagi juga, saya kira kalian tidak jadi datang," ucap Pastor Lee dengan ramah.
"Maaf kami terlambat," ucapku.
Aku menatap Seonghwa dan menepuk bahunya, "Aku keluar dulu, kamu bisa cerita banyak hal sama Pastor Lee."
"Kenapa kamu gak disini aja? Biar kamu juga denger ceritaku," ucap Seonghwa.
Aku menggeleng seraya tersenyum, "Enggak. Kamu bisa cerita lebih tenang kalo cuma berdua sama Pastor Lee. Aku ada di taman depan, aku tunggu kamu di sana."
Aku keluar dari ruangan dan menutup pintunya perlahan. Aku benar-benar berharap Seonghwa serius dan konsisten dengan ucapannya tentang membangun kembali rumah tangga kami, dan Seonghwa pasti butuh arahan pemuka agama.
Aku berjalan sendirian menuju taman. Sebenarnya ada beberapa suster yang menawarkan diri untuk menemaniku, namun aku menolaknya. Selagi Seonghwa butuh waktu untuk kembali mendekatkan diri dengan Tuhan, aku juga butuh waktu untuk menenangkan diriku.
"Sohye,"
Aku menoleh. Ternyata ada Yeosang.
"Hai," sapaku.
Yeosang mengambil posisi duduk di sebelahku. "Gue kira ini pertama kalinya gue liat lo di gereja sini. Kenapa gak ke gereja yang di perumahan?" tanya Yeosang.
"Gue tinggal di apartemen sekarang. Yah, perbaikan kehidupan," jawabku.
Yeosang tiba-tiba menoleh ke arah gereja, "Gak sama laki lo?"
"Ada di dalem, konseling sama Pastor Lee," jawabku. "Lo sendiri ngapain ke sini? Ini bukan hari minggu."
"Belakangan ini gue sering mampir ke gereja, berdoa biar skripsi gue cepet selesai," jawab Yeosang. "Lo mah enak ya, udah selesai aja."
Aku tertawa, "Gak segampang itu kali."
Yeosang hanya tersenyum, kemudian menatapku. "Gimana lo sama Seonghwa? Udah baikan?"
"Lumayan, makanya gue bawa ke gereja biar dapet pencerahan," jawabku. "Gue gak yakin juga kapan terakhir kali Seonghwa ke gereja. Dia kan sibuk banget."
"Lo bener-bener gak berubah ya, tetep terlalu baik. Bahkan setelah pasang surut keluarga lo, lo tetep bertahan,"
"Kalo gue gak bertahan, maka gak ada orang lain lagi yang bisa jadi rumah untuk pulang. Gue anggep semuanya adalah proses untuk ngebentuk keluarga gue jadi keluarga yang baik,"
Aku dan Yeosang terdiam. Kami hanya duduk dalam diam sambil menikmati angin yang berhembus. Toh aku dan Yeosang memang tidak pernah ada di titik 'akrab'.
"Sohye,"
Aku menoleh ke arah gereja. Seonghwa sudah selesai dengan kegiatan konselingnya. Entah memang ia yang cepat selesai atau aku yang terlalu asyik mengobrol dengan Yeosang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye