44 : careless, mindless

5.3K 997 113
                                    

warning!
hati-hati sama chapter ini :(
kalau kalian ga nyaman sama suicide, bisa skip dari tengah ya

warning! hati-hati sama chapter ini :(kalau kalian ga nyaman sama suicide, bisa skip dari tengah ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap datar wajah tenang pastor Lee. Apakah selama ini kehidupanku sebercanda itu hingga apapun kesalahan yang Seonghwa lakukan, aku harus selalu menyikapinya dengan memaafkan pria brengsek itu.

Kata maafku membuat pria brengsek itu menjadi-jadi.

Pastor Lee menepuk bahuku pelan dan berkata, "Awalnya memang berat, tapi sesuatu yang indah selalu dimulai dengan keikhlasan."

Pastol Lee bangkit dari posisinya dan berjalan kembali ke ruangannya. Untuk beberapa saat aku bertahan di posisiku sambil termenung, menatap kosong ruang di depanku. Otakku seakan berhenti bekerja begitu saja.

"In the name of Jesus..."

Aku menolehkan pandanganku ke belakang dan menemukan San yang tersenyum dengan lesung pipinya menatapku.

Aku berdiri dan berjalan menghampiri San. Aku duduk di sebelah laki-laki itu dan menatapnya.

"Barusan lo berdoa?" tanyaku.

San mengangguk, "Ya. Gue juga perlu berdoa, kan?"

"Doa apa?"

"Doa biar Pak Kangin nandatanganin skripsi gue terus sidang," jawab San. "Juga doa biar lo ga nangis terus."

Mataku membulat. "H-hah? Ngapain doain gue?" tanyaku.

"Suka-suka gue lah. Ayo pulang, gue mau ketemu Pak Kangin abis ini," ajak San.

Aku mengangguk. Kami pun berjalan beriringan keluar dari gereja.

Selama berjalan, aku kembali menatap ke sekitar. Aku tidak pernah ada di gereja saat malam hari seperti ini. Langit malam dipadukan dengan lampu-lampu taman dan suasana sunyi ternyata sangat menenangkan.

"San," panggilku.

"Apaan?"

"Tadi lo dengerin nasehatnya Pastor Lee gak?"

San menggeleng, "Gak, itu kan privasi lo. Gue juga sibuk berdoa sendiri."

Aku menganggukkan kepalaku. Tadinya aku pikir jika San bisa ku ajak berbincang tentang bagaimana menyebalkannya nasehat Pastor Lee. Tapi, sepertinya aku harus kembali menyimpan unek-unek ku sendirian.

San menyerahkan helmnya padaku dan kami kembali berkendara menuju rumah orangtua San. Selama di perjalanan, pikiranku kembali kosong. Hasrat hidupku tiba-tiba hilang begitu saja, membuatku ingin menjatuhkan diri ke aspal dan membiarkan kendaraan lain melindasku.

Apakah ini adalah perasaan yang sama seperti saat Seonghwa tahu kalau Yeeun adalah tunangan Wooseok? Ah, tahu apa Seonghwa tentang kehancuran.

Kami pun tiba di depan rumah. Kesadaranku tiba-tiba seperti datang kembali, aku turun dari motor dan membukakan gerbang.

Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang