"Woi!!"
San tiba-tiba menepuk pundakku. Hampir saja aku melempar laptopku jika saja aku tidak bisa menahan diri.
"Kaget anjir!!" omelku.
Aku memang memberi San kunci cadangan rumahku, jaga-jaga jika aku mati di dalam rumah, maka San bisa meraihku. Haha, San kan orang baik, dia bisa diandalkan, salah satunya untuk menjaga kunci rumah cadangan. Kunci cadangan yang Seonghwa saja tidak punya.
"Pagi ini mau ngapain, tuan putri?" tanya San sambil menyunggingkan senyuman aneh yang memperlihatkan lesung pipinya.
"Mau ngurus ijin buat ngambil data. Laki gue ribut, ada dinner perusahaan dan gue harus dateng," jawabku.
"Dinner apaan? Dinner orang kaya?" tanya San lagi.
Aku hanya mengangguk.
"Acara orang kaya biasanya banyak alkoholnya, lo harus hati-hati," pesan San.
Astaga, acaranya bahkan masih satu bulan lagi. "Lagian acaranya masih lama, gue masih harus skripsian dulu," ucapku.
"Ya kan kali aja gue lupa ngasih tau," balas San.
"Iya-iya, ayo berangkat," ajakku.
Pagi ini aku berangkat ke kampus bersama San, menggunakan motornya. Jangan berharap pada Seonghwa, pria itu tidak akan menyempatkan pagi sibuknya untuk mengantarku.
"Lo sama Yeosang baik-baik aja kan?" tanya San.
"Baik-baik aja, selama mulutnya gak sampah kayak Wooyoung, mungkin gue bakal tahan," jawabku. "Bisa gila juga gue kalo sebulan dengerin ampasan."
San tertawa sambil memakai helmnya. "Lagian ditawarin bareng gue gak mau, desa tempat gue nyari data kan hukum adatnya unik juga,"
"Ditolak sama Pak Kangin, kan gue udah bilang, cimoool!!"
"Aduh aduh iya!!"
San memarkirkan motornya di tempat biasa, di depan gedung. Di sana sudah ada Yeosang dan Mingi, tanpa Wooyoung. Mungkin laki-laki tukang gosip itu sedang bertemu dosen atau mencari kata-kata sampah lainnya.
"Sohye!" panggil Yeosang. Laki-laki itu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri kami. "Ayo ke dosen," ajaknya.
"Santai dong, baru juga sampe," omel San.
"Biar cepet anjir," sungut Yeosang.
"Lo tunggu di kafetaria aja, nanti gue nyusul. Gak lama kok," ucapku pada San.
"Hmm oke deh," balas San.
Yeosang tersenyum simpul. "Mingi, ke kafetaria sana sama San!"
Belum sempat aku berkata apa-apa lagi, Yeosang sudah menarik tanganku menuju gedung. Apa jadinya ya jika San bertemu Mingi, mungkin kafetaria akan hancur.
"Aduh pelan dong!" omelku.
Yeosang membuka pintu ruangan Pak Kangin dan kami segera menyampaikan tujuan kami bertemu beliau. Untungnya karena proposal kami selesai lebih cepat, Pak Kangin menyetujui kami untuk lanjut ke tahap selanjutnya, mengambil data. Pak Kangin juga berpesan agar kami segera menghubungi beliau jika butuh bantuan. Ah, pokok ya Pak Kangin adalah dosen yang baik.
Kami keluar dari ruangan Pak Kangin dengan senyum berseri. Satu masalah lain terselesaikan!
Aku melangkahkan kakiku menuju kafetaria, tapi mengapa Yeosang mengikutiku?
"Ngapain ngikutin gue?" tanyaku.
"Siapa yang ngikutin lo, gue laper," jawabnya.
Aku memutar bola mataku dan kembali berjalan. Belakangan ini San mengganti warna rambutnya menjadi berwarna merah selang-seling hitam, membuatku mudah mencarinya di kerumunan orang. Cari saja orang yang berkepala besar dan merah, itu pasti San.
"Saaan!!" seruku.
Aku menarik kursi di sebelah San, dan Yeosang juga. "Ngapain ngikut lagi?" tanyaku.
"Gue capek," jawab Yeosang.
"Ah tau lah. Kita di acc, udah bisa ngambil data!!" ucapku antusias pada San.
"Lah, bagus dong," ucap San. "Kangen lah gue sebulan gak ketemu lo."
Yeosang tampak menahan tawa. "Lo punya temen baik kayak San, kenapa gak cerai aja terus nikah sama San," ucapnya.
"Lo juga punya mulut kenapa gak dipake buat ngomongin hal yang bener aja sih?" balas San.
Aku tiba-tiba teringat sesuatu. "Genk lo tau info tentang laki gue dari mana sih? Perasaan laki gue gak pernah ketemu kalian," ucapku.
"Laki lo yang ngehubungin Wooyoung. Gak tau juga dari mana dia dapet nomer Wooyoung, tapi pokoknya laki lo mantau lo lewat kita," jawab Yeosang. "Lo juga harus tau gimana bencinya laki lo sama San."
Aku membuka mulutku lebar-lebar. Ternyata dari awal Seonghwa lah yang menyeretku dan San pada mulut pedas Wooyoung.
"Ah anjir," umpatku. "Lagian kenapa sih lo mau-mau aja disuruh sama laki gue??"
"Money talk," ucap San.
Yeosang mengangguk, "Gue bilang ke lo juga karena abis ini kita selesai, gak ketemu lagi. Eh enggak deng, selama skripsian nanti, gue bakal mantau lo."
"Anjing, gue jadi gak yakin sama lo," ucap San. "Gue setuju kalo lo mau jagain Sohye, tapi gak usah pake mantau juga."
Yeosang tertawa lagi. "Gak usah sok curiga sama gue. Tingkah nyebelin gue selama ini cuma skenario. Laki lo nyuruh kita nyindir-nyindir lo biar lo sadar diri katanya, lagian dia juga bajingan kan," ucapnya. "Kita sebenernya kasian juga liat lo dikekang sama cowok laknat kayak gitu. Udah Hye, tinggalin aja."
"Udah lah udah, udah berapa orang di hidup gue yang nyuruh gue cerai sama Seonghwa. Jawabannya tetap sama, enggak." Aku berucap dengan tegas.
"Yeosang, tugas lo nambah. Selama di desa nanti, jagain Sohye buat gue," ucap San.
Aku memukul kepala San dengan bukuku. "Lo juga ikut-ikutan! Lo kata gue perbatasan negara pake dijagain?" omelku.
"Ya kan gue gak mau lo kenapa-kenapa!!"
"Santai, pokoknya Sohye aman sama gue. Gue jamin gak lecet," ucap Yeosang. "Besok gue jemput, pokoknya selama di desa, pulang pergi lo sama gue."
apdetan unfaedah lain
btw rasanya agak aneh njir ngetik yeosang di sini setelah tadi pagi aku ngetik yeosang di last christmas. feel yeosang nya beda banget gitu wkwkwk
yang belom baca last christmas bisa mampir ke profil aku yaa, chapternya cuma sedikit dan udah tamat kok~
salam cinta dari aku dan yunho
/sebar duit
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye