12 : a painful truth

6.6K 1.2K 609
                                    

Matahari semakin tenggelam, namun Seonghwa dan mobilnya sama sekali belum tampak. Sebenarnya aku ingin membiarkan San pulang duluan, tetapi aku juga takut jika harus menunggu sendirian di halte. Seonghwa yang berjanji tidak akan terlambat, tetapi nyatanya?

"Laki lo mana sih anjing, buaya banget omongan gak bisa dijaga," umpat San.

"Lo pulang duluan aja, gue gapapa," ucapku.

"Gapapa pala lo kotak, ntar kalo diapa-apain, gue juga yang diamuk laki lo. Punya dendam apa sih sama gue, heran orang ganteng,"

"Idih pede banget sialan, ganteng-ganteng juga gak ada yang mau sama lo," ledekku.

"Ya tau ya kegantengan gue masih selevel dibawah Yunho, tapi seenggaknya masih ganteng," bela San.

Aku menepuk bahu San. "Gapapa San, seenggaknya lo gak di duain. Gue doain lo dapet jodoh yang baik lah, gak tega gue kalo jodoh lo blangsak juga,"

"Aaaa penguinku, semoga Seonghwa cepet-cepet dikasih hidayah, apa dikasih azab kek biar mantep," ucap San sambil memainkan kedua pipiku.

Tin tin!

Astaga, itu Seonghwa.

"Anjing, gue kabur aja lah," ucap San lirih.

Seonghwa memarkirkan mobilnya tepat di depan kami dan menatap kami dengan tatapan datar.

"Kamu gak diapa-apain, kan?" tanya Seonghwa padaku.

"Aturan lo yang ngapain, janji mau jemput tapi baru dateng sekarang. Laki itu nepatin janji," sindir San.

"Udah-udah, ayo pulang, jangan berantem di sini. San, makasih ya udah nemenin gue, makasih banget," ucapku.

"Balik sana lo, nanti kedinginan. Gue duluan, Hye,"

Berlalulah San dengan motornya. Seonghwa masih saja menatap San dengan tatapan ketidaksukaannya.

"Gak boleh marah sama San. Ayo pulang,"

Seonghwa mengalah, dan kami pun masuk ke dalam mobil.

Seonghwa mengemudikan mobilnya keluar dari jalan menuju apartemen, menuju tempat yang belum pernah aku datangi sebelumya. Dahiku berkerut, apakah ia akan membuangku ke hutan?

"Kita mau ke mana?" tanyaku.

"Rahasia. It'll be a surprise," jawabnya.

Aku memilih diam sambil menghafalkan jalan yang sebenarnya sama saja gelap, mengingat matahari telah tenggelam. Jaga-jaga jika Seonghwa benar-benar membuangku ke hutan, setidaknya aku tahu jalan pulang.

Tetapi tidak, Seonghwa membawaku ke kawasan perumahan elit. Ada apa lagi ini?

"Kita mau ngapain? Ini di mana?" tanyaku lagi.

Seonghwa memberhentikan mobilnya di depan salah satu rumah. Modelnya agak berbeda dengan rumah-rumah di sebelahnya. Tidak terlalu besar, namun tetap anggun. Harganya pasti sangat mahal.

"Apa?" tanyaku.

Seonghwa menghela nafas. "Kamu pasti ngelewatin waktu-waktu yang berat selama ada di apartemen, jadi aku beliin kamu rumah. Kamu bisa tenang dan hidup bebas di rumah ini, kamu gak bakal marah-marah liat aku sama Yeeun, dan kamu bisa ngehabisin banyak waktu sama San di sini," jawabku.

Jantungku bagai berhenti berdetak saat itu juga. Rumah ini untukku? Seonghwa mengusirku dari apartemen?

"Kamu ngusir aku?" tanyaku dengan air mata yang berlinang.

Seonghwa menggeleng. "Bukan ngusir, aku bakal sering-sering ngunjungin kamu. Kamu juga bentar lagi skripsian, kan? Kamu pasti gak bisa fokus kalo di apartemen,"

Air mataku mengalir dengan deras. Kepercayaanku pada Seonghwa luntur sudah.

"Kamu gak perlu repot-repot beliin aku rumah, aku bisa tinggal sama San," ucapku.

"And let me guess. Yeeun bakal tinggal di apartemen, itu kan alesan kamu ngebuang aku ke sini?"

"...ya,"

ya,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang