"Apa lagi yang harus dibawa?" tanya San.
Dosen telah menyetujuiku untuk melanjutkan penelitianku, berarti kini adalah saatnya siap-siap! San ikut membantuku, setelah kembali dari kampus tadi, ia menolak untuk pulang. Kepala besar itu bersikeras untuk membantuku.
"Udah semua, lagian gue kan baru pergi besok, San," jawabku.
"Aaah gue gak mau lo pergiii," ucap San sambil memainkan pipiku.
"Ck, bayii! Bentar lagi juga gue pulang. Gue gak sampe sebulan juga di sana," ucapku.
Aku melepaskan paksa tangan San yang menarik-narik pipiku secara kurang ajarnya. Sakit, tahu!
Kami berdua kompak terdiam saat kami mendengar gerbang depan terbuka serta suara deru mesin di luar. Aku segera berlari dan mengintip dari jendela, Seonghwa membuka pagar rumahku seorang diri, tanpa ada tanda-tanda Yeeun di sekitar.
Aku membuka pintu rumahku dan begegas menutup pagar setelah Seonghwa dan mobilnya masuk ke halaman. Oh, tidak, ada San.
"Hai," sapaku canggung.
Seonghwa menatap tajam motor San. "Ada San?" tanyanya.
Aku mengangguk pelan. Sebelum pria itu melangkahkan kakinya ke dalam, aku terlebih dahulu menahan tangannya. "Jangan berantem," pesanku.
Seonghwa tersenyum. Ia merangkulku dan kami masuk ke dalam rumah berdua.
San, laki-laki itu bertingkah seolah rumahku adalah rumahnya. Ia duduk dengan posisi yang tidak terdefinisi sambil makan snack, dengan posisi kaki yang... Ah sudahlah. Ia segera membenahi posisinya dan duduk mematung setelah matanya dan mata Seonghwa bertemu. Seperti anak SD yang baru saja diajarkan tentang kedisiplinan, posisi duduk San seperti itu.
Seonghwa duduk di sofa seberang dan hanya terdiam sambil menatap San. Sebenarnya aku ingin tertawa melihat perubahan sikap San, tetapi aku menahannya.
"Kamu mau minum apa? Mau aku masakin?" tanyaku pada Seonghwa.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Seonghwa justru bangkit dari sofa dan merangkul pinggangku, membawaku ke dapur. "Anything, aku mau liat kamu masak," ucapnya.
Aku mengerutkan dahiku. Jika sikap sok manis Seonghwa hanya karena ada San di sini, maka aku tidak boleh terjerat.
Aku segera meluncur ke kulkas dan mengeluarkan beberapa bahan makanan. Untung aku dan kak Hongjoong sempat berbelanja, jadi aku punya beberapa bahan makanan.
"Kamu mau berangkat besok?" tanya Seonghwa.
"Iya," jawabku. "Gak akan lama kok, aku janji bakal pulang sebelum acara perusahaanmu."
"Great, aku yang bakal jemput kamu," ucapnya.
"Gak usah, aku pulang sama Yeosang," ucapku.
"Yeosang udah berjasa banyak buat aku, biarin dia fokus ngerjain skripsinya. Pokoknya aku yang jemput," finalnya.
Aku hanya mengangguk tanpa berkata sedikitpun.
"Sohye, gue minta air putih," ucap San.
Laki-laki itu tiba-tiba datang ke dapur dan situasi kembali menegang. "Ambil aja, biasanya juga ambil sendiri," balasku.
San terdiam. Ah, aku tahu sekarang. Seonghwa berdiri di dekat rak piring, itu sebabnya San tidak berani mendekat. Hahaha, lucu sekali.
"Ck, Saaaan!" seruku.
Aku mengecilkan api kompor dan mengambilkan bocah besar itu minuman. Kapan sih San dan Seonghwa bisa akur? Aku saja bisa berpura-pura 'biasa saja' saat ada Yeeun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye