Seonghwa memarkirkan mobilnya dengan tenang di tempat parkir favoritnya, di deretan khusus orang-orang yang berada dan terletak di dekat pintu masuk. Ia bahkan mengangkut langsung barang-barangku tanpa menggunakan service room, meskipun ia bisa memintanya.
"Barang-barangku yang di rumah gimana?" tanyaku. "Masih ada banyak barang di rumah."
"Udah aku pindahin. Mulai detik ini, dimana kamu tinggal, kita harus selalu bersama," jawab Seonghwa.
Kami tiba di flat kami. Ah, sungguh, aku merindukan flatku meskipun ada banyak luka yang Seonghwa torehkan di sini.
"Wow, kamu beneran bersih-bersih," pujiku.
Jika biasanya ada banyak sepatu berserakan di depan pintu, maka tidak dengan hari ini. Sepatu Seonghwa yang entah ada berapa jumlahnya itu tertata rapi di rak, serta beberapa sepatuku juga.
"Yah, aku cuma bisa segini. Maaf kalo masih banyak debu," balas Seonghwa.
"Hei, mau ditaroh mana??" tanyaku.
Seonghwa terus berjalan ke arah kamarnya, bukannya berbelok ke arahku. "Kamarku, kamar kita," jawabnya.
Mau tidak mau, aku mengikuti Seonghwa ke kamarnya. Aku ingat terakhir kali aku masuk kamar Seonghwa, keadaannya sama bersihnya seperti terakhir kali. Bahkan aku tidak melihat barang-barang milik Yeeun juga.
Aku duduk di kasur sambil melihat Seonghwa yang sibuk dengan kegiatannya. "Apa Yeeun bener-bener gak tinggal di sini lagi?" tanyaku.
Seonghwa menggeleng. "Enggak. Sejak kamu ke desa, I guess?" jawabnya.
"Kalo Yeeun kembali ke sini, gimana?"
"Gak mungkin. Jika itu terjadi, mungkin aku gak akan ngijinin dia tinggal di sini lagi, kan flat ini rumah kita,"
Aku tersenyum kecil. Masih ada kata 'mungkin' yang terselip di kalimat Seonghwa. Masih ada keragu-raguan pada pria itu. Aku dapat merasakannya terpancar dari matanya.
"Mulai detik ini, cukup fokus sama kita. Kamu boleh lakuin apa aja kalo aku mulai brengsek lagi. Kamu boleh marahin aku, pukul aku, lakukan apapun. Buat aku benar-benar berubah," tambah Seonghwa.
Aku tersenyum, "Apa Tuhan baru aja denger doaku?"
Seonghwa membalas senyumanku. Kali ini, senyum yang lebih tulus daripada senyum-senyum sebelumnya. "Mungkin Tuhan udah bosen dengerin doaku, tapi aku selalu berdoa agar aku diberi petunjuk tentang bagaimana seharusnya aku hidup dan harus jadi apa, kemana hatiku harus singgah, dan siapa yang seharusnya menjadi ratu di kisahku."
Sore ini, aku dan Seonghwa sudah sibuk di salah satu salon ternama dengan penata yang mondar-mandir di sekitar kami. Aku sudah siap dengan gaun hitamku. Aku pikir hanya riasan simple seperti yang ku gunakan sehari-hari sudah cukup untuk acara ini, tapi Seonghwa tidak berpikiran begitu. Ia menyewa beberapa penata rias dan penata rambut untukku, bahkan ia membeli beberapa hiasan rambut juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye