Kak Hongjoong langsung undur diri pulang ke apartemennya setelah mengantar kami kembali ke apartemen. Ia juga berpesan padaku agar meneleponnya apabila Seonghwa melakukan hal yang tidak-tidak.
Aku mengantar Seonghwa ke kamar dan pria itu benar-benar seperti tidak punya harapan hidup. Ia melepas asal dasinya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, persis seperti anak kecil yang merajuk.
"Kamu gak mandi dulu?" tanyaku sambil menyalakan AC.
Seonghwa tidak menjawab.
Aku menghela nafasku. Baru ditinggal Yeeun saja, Seonghwa sudah sebegini hancurnya. Bagaimana jika ia kehilangan aku juga, atau kehilangan kak Hongjoong sekaligus?
Aku memilih untuk acuh dan mandi terlebih dahulu. Oh ya, semenjak aku pulang dari desa, Seonghwa memaksaku untuk tinggal satu kamar dengannya. Yah, walaupun pada akhinya kita tetap saling memunggungi satu sama lain, setidaknya ia tidak semerepotkan waktu dulu.
Aku memutar keran air hangat dan mendudukkan tubuhku di bathtub. Aku sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti sidang skripsi, tetapi masalah rumah sepertinya tidak pernah absen. Aku bahkan bisa bertaruh jika Seonghwa yang patah hati ini akan seratus kali lebih merepotkan daripada Seonghwa yang brengsek.
Mengingat kehidupan kuliahku, aku benar-benar belum berkomunikasi dengan San karena sepertinya ia belum selesai dengan kegiatannya di desa. Aku juga terlalu sibuk menata kembali hubunganku dengan Seonghwa. Ah, jangan bayangkan hubungan kami yang tiba-tiba harmonis. Kami hanya melakukan beberapa penyesuaian dengan 'apa yang seharusnya sebuah pasangan lakukan'.
Aku menyudahi kegiatan mandiku dan menyiapkan bathtub untuk Seonghwa. Ia tidak bisa tidur begitu saja tanpa membersihkan diri dan aku juga tidak akan membiarkannya begitu saja.
Aku membuka pintu kamar mandi dan ternyata Seonghwa sudah berganti posisi. Sebenarnya aku ingin tertawa karena Seonghwa duduk menyender pada punggung kasur sembari membaca sebuah buku berjudul '1001 Ways To Be a Good Man' yang aku yakin tidak terlalu membantu.
"Seonghwa, mandi," ucapku. "Aku udah siapin air."
Seonghwa menutup bukunya dan menatapku, "Aku belom nyiapin baju."
"It's ok, aku yang nyiapin. Pokoknya kamu mandi dulu,"
Seonghwa menurut. Ia bangkit dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Oh ya, kalian harus tahu how rude Park Seonghwa saat ini. Ia menggulung lengan kemejanya dan membiarkan beberapa kancing atas terbuka. I think I just losing my mind.
"Oh ya, mandinya jangan lama-lama," pesanku.
Seonghwa hanya mengangguk.
Sepeninggal Seonghwa ke kamar mandi, aku berkutat dengan lemari baju kami. Seonghwa memindahkan lemariku ke kamarnya, sehingga aku seperti benar-benar pindah ke kamar ini. Agak awkward memang.
Aku mengambilkan baju tidur dengan warna yang senada dengan bajuku. Ah tunggu, apakah aku baru saja menjadi istri yang baik?
tok tok tok
Aku kembali ke depan kamar mandi dan mengetuk pelan pintunya. Saat Seonghwa membuka kunci kamar mandi, aku sesegera mungkin membalik tubuhku. Jangan berpikir yang tidak-tidak.
"Thanks," ucap Seonghwa.
"Yep. Udah sana balik mandi!"
"Let's take a bath together for tomorrow,"
"Seonghwa!"
"Hahaha,"
Seonghwa kembali menutup pintu kamar mandi dan menguncinya. Entah mengapa, wajahku memerah. Park Seonghwa! Ia baru saja menangis seperti besok ia akan mati, sekarang sudah berulah saja!
Aku duduk di kasur dan memainkan ponselku. Aku menekan tombol dial pada kontak San. Heung, lama-lama aku merindukan laki-laki rese' itu.
you are calling San 🔆
'halo, hye? kenapa?'
"KANGEEEEN!!!" pekikku. "Lo balik kapan?"
'lusa, atau tiga hari lagi? gimana makan malam perusahaan? ribet gak laki lo?'
Aku tertawa, "Plot twist, Yeeun dijodohin. Nangis nangis tuh Seonghwa."
Aku curi-curi pandang ke kamar mandi. Jika Seonghwa ternyata sudah selesai mandi dan mendengar ucapanku barusan, bisa mati aku.
'seriously? terus lo sekarang di mana?'
"Apartemen. Kabar baiknya, we make up, kita berusaha melengkapi masing-masing,"
San tertawa di ujung sana. Apakah ucapanku ada yang salah?
'bagus deh, gue ikut berdoa semoga manusia ular itu gak balik lagi. jadi, lo gak perlu menderita lagi,'
Bibirku membentuk sebuah senyuman. "Makasih, San. Lo juga jangan lupa buat baikan sama laki gue,"
"Nelpon siapa?"
Aku menolehkan kepalaku. Seonghwa sedang mengeringkan rambut hitamnya secara asal-asalan. Ia tidak mengenakan atasan baju tidurnya, ia memakai kaus putih tipis yang... TUHAN TOLONG AKU!!
Aku mendadak blank.
'hye? woi anjir, tidur ya lo?!'
Seonghwa terkekeh, "San ya?"
Aku mengangguk. "Mau ngomong sama San?" tawarku.
Sohye bodoh, kau baru saja mengundang singa ke pesta serigala.
Seonghwa menggeleng, "Gak usah. Besok aja kalo dia udah pulang, kita keluar. Kayaknya aku perlu ngomong sesuatu."
"Hehehe." Aku tertawa datar, "Udah dulu ya San, besok gue telpon lagi."
'ashiaaaap,'
"Jangan main di hutan, ntar diculik banteng,"
'iya, bacot.'
Aku mematikan sambungan telepon dengan San dan beralih menatap Seonghwa. Pria itu, ia menatapku dengan tatapan yang hangat. Entahlah, ia terlihat seribu kali seperti gentle man.
Seonghwa melempar handuknya ke keranjang laundry dan merangkak ke kasur, ke sebelahku.
"Aku minta maaf, selama ini aku jahat banget sama kamu. Aku bersumpah gak bakal balik ke Yeeun lagi," ucap Seonghwa.
"Iya lah, Yeeun udah punya pawang. Jangan repot-repot buat hancurin hubungan orang," balasku.
Aku mengambil posisi tidur menghadap Seonghwa. Tidak peduli ada setan apa yang merasuki tubuhku, aku mengangkat tanganku dan memainkan rambut Seonghwa.
Aku menatap dalam matanya, "Besok kita ke gereja. Kembali ke Tuhan, biar kamu kembali ke jalan yang benar."
YAALLAH MAAF AKU GAK UPDATE UPDATE
memasuki waktu indonesia bagian ngehalu, aku persembahkan sefruit update. gimana puasa hari pertama yorobun???
aku marathon mimpi hari ini :")
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye