"Hai, San!" sapaku.
"Hai juga," balas San.
Hari ini San tampak santai sekali, ia mengenakan sweater sepertiku. Di hari yang dingin seperti ini, mungkin semua orang akan memakai sweater.
"Gimana laki lo?" tanya San saat kita berada di lift. Karena hanya ada kita berdua di lift ini, maka aku akan menceritakan padanya.
"Kemaren dia pulang sama cewek itu. Pagi-pagi pas gue masak, dia randomly meluk gue dan ngeluarin kata-kata sampahnya itu," jawabku.
"Terus? Pacarnya kemana?"
Aku mengangkat bahuku. "Katanya pas tengah malem dia pulang. Dan abis Seonghwa meluk gue, gue tau badan dia panas. Kayaknya dia kecapean, beberapa hari ini lembur terus,"
Lift berbunyi dan pintunya telah terbuka. Kami berjalan santai menuju parkiran sambil lanjut bercerita.
"Lo harus tegas, Hye. Mau sampe kapan lo ada di posisi kayak gini?" tanya San.
"Gue mau tegas gimana? Secara status gue menang, tapi di dunia nyata, gue kalah sama cewek itu. Dia itu wanita karir, San. Duitnya banyak, badannya bagus, kulitnya mulus. Gue bukan apa-apa dibanding cewek itu," jawabku.
"Jangan bandingin lo sama dia. Kalian berdua jelas beda. Oke secara materi dia menang, tapi gue yakin dia gak tau cara megang sapu yang bener,"
Aku tertawa mendengar penuturan San. Memang benar kan, Yeeun tidak bisa mengurusi pekerjaan rumah. Ah, aku jadi ingin tahu rupa apartemen Yeeun. Mungkin ia memerlukan beberapa tenaga manusia untuk membersihkannya.
"Oh ya, cowok itu nyari istri, bukan nyari pabrik duit. Secakep-cakepnya cewek, kalo gak bisa ngerjain pekerjaan yang selayaknya bisa cewek lakuin, percuma," lanjut San. "Sekarang lo tau kan, poin plus lo ada lebih banyak daripada Yeeun."
"Tapi Seonghwa tetep milih Yeeun. He calls me her woman but he never really comes to me," ucapku.
"There will be a time, tinggal lo milih untuk tetep ada di sana sampe Seonghwa peka dan lo sakit hati, atau lo lepasin semua. Lo bebas, hati lo bebas,"
"Lo tau kan, San. Gue mungkin nolak Seonghwa mentah-mentah pas itu, tapi adek gue. Orang tua Seonghwa peduli sama kehidupan keluarga gue di sana, nyekolahin si kembar, ngasih ayah gue pekerjaan, nguliahin gue, dan bahkan nitip anak mereka sama gue. Keluarga gue berhutang banyak sama keluarga Seonghwa, dan gue gak bisa ngecewain mereka,"
"Maka dari itu, lo harus tegas kalo lo mau tetep tinggal. Secara hukum, pacarnya Seonghwa itu ilegal, seharusnya mereka udah putus kontak sejak kalian nikah. Lo punya hak lebih buat ngatur Seonghwa, dan kenapa gak lo lakukan,"
"Ya gak semudah itu, cimol. Seonghwa ketemu sama lo aja udah tawur, dan gue selalu gak bisa berantem sama Seonghwa karena lo tau, pasti gue selalu berakhir nangis, dan Seonghwa tetep gak peduli,"
"Lo pernah mikir gak sih, Seonghwa gak suka gue because we spent pretty much time berdua. Ada kemungkinan dia cemburu, kan?"
"Ck!" aku berdecak. "Gue masih tau diri lah buat mikirin hal itu."
San menghela nafasnya. Sepertinya ia lelah berbicara denganku yang kepala batu ini.
"Susah emang ngomong sama orang yang jatuh cinta," ucapnya.
Aku meninju pelan bahunya. "Jatuh cinta apanya? Bercandanya gak lucu, lo perlu ningkatin kadar humor,"
Ting!
Lift kembali berbunyi saat kita sampai di lantai dasar. Rasanya waktu berjalan cepat sekali.
"You already fall for him. Kalo lo gak jatuh cinta, lo gak bakal sepeduli sama dia," kata San, kemudian berjalan mendahuluiku keluar lift.
Sesaat aku terdiam, berusaha mencerna kalimat San barusan. Apakah aku benar-benar jatuh cinta?
"SAN WOI TUNGGUIN!!"
hey, aku punya buku bucinan yunho juga ㅠㅠ
yatuhan aku bucin banget ㅠㅠ
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home ➖Seonghwa [ATEEZ] ✔
FanfictionI am a sinner, and you are my God. Originally written by Penguanlin, 2019. was #1 in Seonghwa, Hongjoong, San, ATEEZ #2 in Sohye