Aruna melirik kearah kirinya. Ada Viola dan beberapa temannya, sudah ada di posisi penuh ancang-ancang. Gadis itu menghela napas saat suara sorakan semakin kencang di lapangan voli. Tribun yang mengitari mereka membuat kegugupan Aruna sebagai peserta menjadi-jadi.
Dari sudut matanya, ia dapat melihat Adrian dan Ardha. Kakaknya bersorak menggunakan gulungan kertas sambil bergoyang gila. Hal itu, sukses membuat Viola terbahak. Berbeda dengan Aruna yang meringis malu.
"Gue gak nyangka kalau Abang lo bisa begitu.."
Aruna yang merasa sedikit dipermalukan, akhirnya, mengacungkan lengannya tinggi-tinggi. Panitia perlombaan langsung membunyikan peluit dan mendekat kearahnya.
"Apa yang terjadi?" Tanya salah satu panitia pria.
Buru-buru Viola dan temannya yang lain menghampiri Aruna, menanyakan keadaan salah satu anggota timnya tersebut.
"Saya ijin ke pinggir lapangan sebentar..." Mendengar permintaan Aruna, panita itu lantas mengangguk, "Oh iya.. boleh saya minta.. botol bekas?"
Viola mengerutkan keningnya, "Lo mau ngapain lagi sih?"
Aruna tersenyum, "Lo liat ajah.."
Teriakan Adrian menggema dengan goyangan yang tidak berhenti. Cowok itu, menggoyangkan pantatnya hingga kepalanya untuk mendukung Aruna.
Tapi, ngomong-ngomong Adrian memang baru pertama kali melihat Aruna begini. Karena, tahun lalu, pentas olahraga lompat tinggi bersamaan dengan sepak bola. Sehingga, cowok itu tidak dapat menyaksikan pertadingan adiknya. Meskipun adiknya malah ikut lomba Voli kali ini.
"ARUNA... ARUNA... MENANGGG... HIYAAA HIYAAA... YUHUUUU..."
Ardha yang melihat tanda-tanda bahaya dari Aruna dengan tergesa-gesa menarik seragam Adrian. "Kalo lo masih pengin nendang bola besok.. mendingan lo duduk diem.." Tutur Ardha cemas.
"HAHHHH... MAKSUD LO APAAN GUE LAGI DUKUNG ADEK GUE... YUHUUUU ARUNAA..."
Beberapa orang mulai berbisik.
"Gue baru tau dia dan Adrian kakak adik.."
"Gue pikir mereka pacaran"
"Tapi, emang mukanya mirip sih.."
"Ehh.. masa sih?"
Adrian masih bergoyang kala Aruna sudah berdiri di pinggir lapangan. Gadis itu mengambil anancang-ancang untuk melempar botol.
"1.. 2.. 3.."
Tepat saat Adrian membalikkan tubuhnya. Maka pada saat itulah botol besar bekas minum itu memantul tepat dikepala cowok tersebut. Aruna tersenyum puas, hal tersebut membuat seisi lapangan tertawa menyaksikannya. Panitia, buru-buru menarik lengan Aruna untuk kembali ke lapangan.
"WADAWWW.... SIANJIR.. SAKIT BEGO!!"
Ardha mengulum senyumnya sambil menepuk pundak Adrian yang tengah mengusap kepalanya. Berkali-kali cowok itu mengeluh kesakitan.
"Gue udah bilang barusan.., tapi untung ajah lo gak dilempar batako sama Aruna.."
Adrian mendengus dan bersedekap dengan wajah kesal menonton Aruna yang tengah melakukan servis disusul tiupan peluit pertandingan.
♡_♡
Pertandingan semakin ketat. Di ronde pertama kelas Aruna mengalami keunggulan. Itu karena Aruna memang bagian penyerang di depan. Sudah berulang kali gadis itu melompat dan memasukkan point di garis lawan.
Teriakan Adrian juga membuatnya ingin buru-buru menyelesaikan pertandingan.
"Run.. kalo lo capek bisa ganti pemain.." Teriak Daisha yang berdiri tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...