Sorak-sorak mulai memenuhi Indoor kala pertandingan Basket berlangsung. Sebenarnya, Aruna terpaksa kemari atas suruhan Hanum. Kalau bukan karena gadis itu, Aruna tidak mungkin ada disini. Melainkan nangkring setia dimeja kantin.
"Run tolongin nih... Gue salah banget.."
"Apaan sih tiba-tiba.." Sungut Aruna melepas cekalan Hanum.
"Run.. si Viola lagi tanding Tenis kan katanya?" Rengek Hanum hampir menangis. Gadis itu masih kekeuh memeluk lengan Aruna.
"Iya itu kan karena lo jadi panitia.. makannya si Viola begini.. ini kenapa lagi sih.." Heran Aruna.
"Bantuinnn gue ... plis sekali ajah.."
"Ya lo jelasin.. kenapa dulu?"
"Lo jadi bagian break ya waktu lomba basket.."
"Hah?? Gue gak ngerti?"
"Ini gue kebagian bagiin jatah snack sama minuman, kalau Tim Basket pada break.. gue minta tolong banget, Run.." Hanum berjingkrak-jingkrak tidak jelas.
"Gue juga lupa mesenin buat panitia gara-gara sibuk mikirin jumlah peserta.. gue mohon banget nih.. abis ini gue sama Satya mau cari makan buat panitia.." Tutur Hanum.
Aruna menghela napas dan mengangguk. "Iya iya.. mana ID card lo?"
Mengingatnya saja sudah membuat Aruna jengah.
"Loh.. Run?"
Aruna mendongak kala sebuah suara yang ia kenal menginterupsi kegiatannya yang tengah merapikan gelas-gelas minuman yang berserakan.
Wajah cowok itu membuat Aruna sedikit jengah dan perlahan menghela napas untuk menghalau rasa tidak sukanya.
"Lo panitia?"
"Ya.."
"Kok gue gak yakin sih.." Ledek cowok tersebut. Benar-benar tidak tahu situasi rupanya.
"Gak usah ganggu gue.." Tegas Aruna sambil kembali duduk di kursi panitia. Dekat dengan papan skor.
"Yehh.. Lagian, bukannya ini jatah si Hanum.."
"Iya.."
"Kenapa lo yang jaga?"
"Kak Hans.. bagaimana dengan lomba takraw nya?"
"E.. eh.. kan besok.."
"Gak ada kerjaan lain? Kenapa ganggu gue mulu.." Tanya Aruna dengan nada di tekan. Gelas plastik yang ada dipegangannya pun diremas hingga keriput.
"Ahh.. gue kayaknya dengar abang lo manggil deh.. bye Aruna.." Alibi Hans.
Cowok itu berlari naik kebagian atas tribun kemudian, menghilang entah kemana. Dalam sekejap, Aruna menghela napas dan bersandar di kursi panitia. Hans pasti merasa ketakutan setiap berhadapan dengan Aruna.
Gadis itu masih kesal karena Hans yang sudah sering melihatnya di tim atletik. Malah tidak tahu kalau dia adik sahabatnya sdndiri. Pria itu benar-benar menyebalkan.
Diah, selaku panitia yang duduk disebelahnya sampai tertawa melihat hal tersebut. "Badan gede doang.."
"Biasa Kak Hans.."
"Dia deket sama abang lo kan?" Tanya Diah mengganti papan skor basket. Karena, tiba-tiba kelas 10 mendapat three point.
"Hmm... darimana lo tau?"
"Sebenarnya, gue curiga ajah sama nama panjang lo dan abang lo itu. Kak Adrian, nama kalian hampir sama.."
Aruna mengangguk, "Bokap yang ngasih nama.."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...