Masih di depan gerbang SMA Langit. Di siang hari yang terik. Keributan itu malah mengundang media masa yang semakin banyak.
"Udah, Dha. Mending kita bawa Aruna dulu.. kalo gini kan, kasian juga dia.." Sela Yosi memegang punggung Aruna.
Adrian mendekat kearah Lian. "Jangan harap lo bisa tenang!"
Keempat orang itu akhirnya memanggil taksi dan memilih untuk mengantar Aruna ke rumah. Meninggalkan Lian dengan pandangan rendah dari sekitarnya.
"Bangsat!" Ringisnya kesal. Ia meninggalkan sekolah dengan sikap angkuhnya. Tak habis pikir, kenapa ia bisa kalah telak saat itu. Seharusnya, memang ia lemparkan saja Aruna dengan batu!
"Gak nyangka gue kalo si Lian kalah!"
"Pantes memang harus di tegasin gitu.."
"Kayak ratu banget. Gue curiga kalau jabatan bokapnya itu di bawah jabatan nyokapnya Ardha.. kan malu banget"
♡_♡
Viola dan Hanum dibuat kaget melihat kondisi Aruna yang digendong Ardha menuju kamar. Keduanya ikut panik dan menanyakan itu semua kepada Yosi.
Jangan harap bertanya pada Selvi yang malah memainkan ponselnya terus-terusan. Mau tidak mau gadis itu terabaikan.
"Panggil dokter aja atau gimana," Tanya Adrian kearah Ardha.
"Gak usah. Bentar lagi juga kayaknya dia sadar.." Balas Ardha lirih. Ia ikut lemas melihat lebam di wajah Aruna. Rambut gadis itu saja sudah tidak beraturan.
Adrian ikut-ikutan sedih dan tidak tega melihat Ardha begitu terpuruk. "Lo mau mengundurkan diri ajah dari pertukaran pelajar?" Tanya Adrian sambil menggaruk tengkuknya.
"Mungkin enggak.."
"Setelah lo tau kelakuan Lian?" Adrian tertawa remeh. "Dia itu udah kayak psikopat. Lo tau Asma yang jadi bulan-bulanan dia.. mau berapa kali kita tolong juga gak akan ada insyafnya itu orang.."
Napas Ardha tercekat. Dengan cepat ia menghembuskannya dan menggigit bibir sambil mengusap lengan Aruna. "Gue juga curiga kalo ini gara-gara Aruna ngebela Asma.."
Adrian mengangguk, "Tapi, lo beneran gak mau mengundurkan diri?"
"Aruna emang sering ngeledekin gue kalo gue sekolah disana. Dari cowoknya yang berkelas dan macem-macem. Tapi,gue tau kalo dia ngedukung gue disana.." Tutur Ardha cepat.
"Saran gue lo mengundurkan diri aja. Biar SMA Langit ngerasa aneh dan heran kenapa cowok sepintar lo mengundurkan diri.."
Ardha menoleh kearah Adrian, "Buat apa? Bales dendam?"
Kakak dari Aruna tidak menjawab dan memilih diam bersedekap. "Hah... terlalu suci lo. Gue ke bawah dulu, mau ambil minuman.."
Usai Adrian berlalu dengan meninggalkan tepukan di pundak Ardha. Cowok itu memandang wajah Aruna lekat-lekat. Matanya berkaca-kaca. "Maaf gue terlambat.. seharusnya hari ini kita jalan kan?"
Ardha sangat-sangat menyesal. Seharusnya, ia saja yang menghampiri Aruna sepulang sekolah. Untuk apa dia menyuruh gadis itu menunggu di Halte. Teritori kekuasaan Lian itu memang luar biasa berbahaya.
Anak lain juga hanya menyaksikan karena takut diancam oleh gadis iblis itu. Padahal, otak mereka pintar. Kenapa, harus takut di tolak oleh sekolah lain? Politik antar sekolah memang semakin mengerikan jaman sekarang.
"Setelah seminggu gak ketemu.. lo malah harus di bully habis-habisan gitu di jalan.."
Cowok itu mengarahkan jemari Aruna ke kedahinya. Kemudian menangis sesenggukan. Berharap kalau, dia yang tersiksa bukan gadisnya. Tanpa sadar memaki Lian dalam hatinya karena menggila tanpa alasan. Kalau saja tadi ia terlambat, bisa jadi Aruna ditimpuk batu oleh iblis tersebut tanpa ampun.
![](https://img.wattpad.com/cover/179353502-288-k777182.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Roman pour Adolescents#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...