Aruna terduduk menyaksikan teman-temannya yang sedang memasang tenda untuk camping. Pemandangan laut malam dari atas tebing memang sangat indah, ditambah dengan semilir udara yang berhembus kearahnya.
Sepasang sepatu, berdiri tepat di sebelahnya. Membuat, Aruna langsung mendongak dan tersenyum kecil kearah cowok tersebut. Hingga, akhirnya dia memilih duduk bersebelahan dengan kepala bersandar di pundak Aruna.
Cowok itu menggenggam jemari Aruna dan menghela napas. "Kok bisa dia gitu ke lo.." Lirihnya sambil memejamkan mata.
"Namanya juga musibah.."
Ardha berdecak kesal. "Tapi tadi gu-"
"Jangan bilang sekarang lo mau ceramah panjang lebar buat gue?"
"Ck.."
Aruna terkekeh dan menoleh kearah belakang. Menatap teman-teman dan kakaknya yang sedang membuka bungkus BBQ.
"Rasanya flashback ya?" Ucap Aruna ringan.
"Hmm.." Dehem Ardha. Mana mungkin ia lupa, saat BBQ di rumah Adrian malam lampau. Itu pun hari dimana dia dan Aruna berbicara, bahkan saat dimana cowok itu tertarik dengan adik perempuan Adrian
"Mungkin nambah personil aja sih sekarang.." Celetuk Aruna menunjuk Arfha dengan dagunya. Tapi, Ardha hanya berdehem dan menggenggam jemari Aruna lebih erat.
"Woi! Malah pada pacaran lo berdua!" Gerutu Hans. Yang mampu membuat Ardha terbangun.
"Ya.."
"Buruan kek lo kipasin ini apa gimana gitu.. Aruna lagi sakit, ngapa lo malah manja-manjaan sama dia sih.." Timpal Hans menarik lengan baju Ardha.
"Iya.."
Viola tertawa dengan Hanum. "Lo kenapa berubah jadi malas gini.." Ucap Viola sambil menyugar rambutnya.
"Dia tuh, cuma mau malas-malasan kalo ada Aruna doang.." Balas Hanum, mengingat kejadian di mobil kemarin.
Aruna terkekeh sambil menoleh kearah Adrian yang mendekat kearahnya. Kini gantian, cowok itu yang berada di sekitar Aruna. Ia mengusap kepala Aruna dan mencium keningnya.
"Kenapa lo?" Tanya Aruna curiga.
"Kasian sama lo.." Ucap Adrian lirih. Cowok itu memandang kearah lautan. "Kok bisa gue selalu datang terlambat pas lo disakitin gitu.."
"Gak papa lagi.. pahlawan kan datang terlambat.."
Adrian tertawa. "Sok tau lo bocah!.."
"Hahaha.. lagian, gue gak papa kok.." Ujar Aruna. Di detik berikutnya, gadis itu terisak sambil menutup wajahnya.
Adrian tersenyum kasihan kearah Aruna yang mulai terisak. "Lo bohong kalo bilang gak papa dan gue tau perasaan adik gue kayak apa.." Ucap Adrian. "Gak papa saat Mama gak pulang? Gak papa saat liat Viola masuk rumah sakit? Gak papa saat lo di bully? Gak papa saat lo di fitnah kayak tadi?.. semua orang bakalan bilang sakit, Run.."
Aruna mengusap air matanya. Sedangkan, dari kejauhan Ardha nyaris saja mendekat bila Hans tidak mencekal tangannya dan membiarkan Adrian berbincang dengan Aruna. "Biarkan mereka dulu.. lo ngerusak suasana tau gak?"
Ardha menggigit bibirnya dan memilih menatap Aruna yang kini sedang menangis di pelukkan Adrian. Cowok itu hanya menghela napas dan mengusap kepala Adiknya dengan iba. Perasaan berat, dengan selalu memiliki rasa bersalah karena tidak mampu membahagiakan wanita penting dalam hidupnya.
"Kalo gue liat cowok itu lagi.. mungkin udah habis dia.."
"Jangan sakitin Edgar,.. dia baik. Hanya saja, memang emosinya tidak terkendali kemarin.."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Fiksi Remaja#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...