Aruna sudah tidak memikirkan kejadian beberapa hari lalu. Gadis itu, memilih untuk konsen di pelajarannya saja dibanding memikirkan cowok tidak berguna macam Edgar. Toh, waktunya bakal terbuang cuma-cuma.
Lagipula, cowok itu kerap memasang muka tembok ketika berpapasan dengannya. Seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi diantara keduanya. Justru hal ini, memudahkan Aruna kabur dari biang gosip yang entah kenapa selalu menghasilkan cerita disertai bumbu-bumbu indahnya.
Belakangan ini pula, Viola dan Hans lebih sering bersama dengannya. Katanya sih, Hans khawatir dengan Aruna mengingat ada kejadian yang tanpa sepengetahuannya seminggu lalu dan justru baru terjadi dihadapan matanya sendiri, lusa lampau.
Viola, juga menambahkan. Kalau itung-itung ia balas budi dengan Aruna karena gadis itu selalu membantunya kapanpun.
Kali ini, ketiganya tengah berjalan menuju perpustakaan sekolah. Viola minta pelajaran tambahan dari Aruna yang cerdasnya mungkin selangit. Belakangan ini gadis itu mengalami peningkatan di pelajarannya. Karena, ia mulai melakukan rutinitas membaca, menulis, menjawab semua soal di buku latihan yang ia pinjam di perpustakaan untuk menghadapi Ujian Tengah Semester. Itupun, secara rutin tiap pagi, siang saat istirahat, dan malam.
"Duduk dimana nih?" Tanya Viola setelah mencomot beberapa buku materi. Gadis itu berkacak pinggang di belakang Aruna.
Mata Aruna memandang kepenjuru Pepustakaan. Kemudian, mendapatkan spot yang nampaknya nyaman untuk di tempati. Di bawah AC tentunya.
"Tuh disana.."
Ketiganya duduk sambil fokus dengan yang ada di hadapannya. Ah, Hans? Dia sedang asyik chattingan jadi tidak terlalu ikut andil dengan kegiatan ini.
"Run.. gue gak pernah paham soal yang ini.." Ucap Viola menunjuk soal nomor 5.
"Bukan gak pernah.. tapi, belum pernah..." Aruna membenarkan.
Viola hanya manggut-manggut saja. Kemudian, entah setan apa yang menganugerahi Aruna. Gadis itu sudah menemukan jawaban dari soal Fisika yang membuat pusing sejagad raya.
"Gila lo.. peningkatan pesat banget.."
Aruna tersenyum manis dan merogoh ponselnya. Karena, mendadak bergetar di dalam sakunya. Ia mengabaikan Viola yang tengah memarahi Hans karena tidak belajar.
"Halo.." Ucap Aruna.
"Gue ada di depan gerbang.."
Mata Aruna terbelalak. "Ngapain?"
Yang menelpon Aruna adalah Ardha. Cowok itu memang baru tiba di SMA Sejahtera, karena hari ini merupakan hari terakhir dirinya di SMA Langit. Sebenarnya, ia boleh pulang kerumah. Dan melanjutkan kegiatan belajar lagi esok. Tapi, mengingat ia rindu Aruna ya tidak jadi deh dia ke rumah.
"Kangen.."
"Jangan ngelantur deh, Kak.." Cibir Aruna yang mengulum senyumnya.
"Iya gue kangen sama lo.."
"Geli tau gak?"
"Gak papa selagi sama lo.."
Aruna terdiam dan mengigit bibir bawahnya. "Gue di perpustakaan sama Kak Hans da-"
"Hans? Ngapain?" Panik Ardha.
"Ck.. sama Viola kok.. gak usah panik deh.."
Disisi lain Ardha hanya menggaruk kepalanya karena gatal dan merutuki rasa paniknya barusan.
"Gue kesana deh.."
"Boleh boleh.." Jawab Aruna sampai akhirnya gadis itu mematikan sambungan telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...