Kembali kepada bagaimana mereka di sekolah. Aruna pagi ini sudah bangun dan menyiapkan makanan. Tadi malam, ia menerima pesan dari Mama nya. Soal keuangan bulanan, bahkan Mr. Smith memberikan banyak kiriman pakaian dari perjalanan bisnisnya ke Paris.
Tentunya ada banyak kertas origami dari kedua adik kembarnya di Canada.
Ahh.. hidup Aruna semakin membaik bukan? Ia tidak pernah mempermasalahkan soal jaraknya yang jauh dengan sang ibu sekarang. Karena, ada teman dan juga ekhm.. pacar.
Ardha mengetuk pintu rumah Adrian dan disambut oleh Aruna yang langsung mengajaknya masuk tepat setelah gadis itu, menyelesaikan acara memasaknya.
"Bang.. ada Kak Ardha nih.. buruan napa bangun.." Teriak gadis itu sambil menguncir rambutnya.
Kepala Adrian keluar menelongok. "Hooh.. si boy sudah tampan rupanya.." Ucap cowok tersebut.
"Brisik lo.."
Aruna terkekeh dan mengambil tasnya. "Bekal Bang Adrian ada di atas meja ya.. gue berangkat duluan.."
"Oke sayang.." Balas Adrian sambil memasang dasi. Cowok itu, menyusuri tangga dan segera mengambil bekalnya.
♡_♡
Ardha beriringan dengan Aruna menuju kelasnya. Kemudian, berpisah tepat di depan tangga.
"Yash.. capek gue.." Keluh Aruna.
Viola bersandar di dinding sambil menatap Aruna yang nampak tidak semangat. Dari tadi, ia sudah melihat Aruna yang susah payah naik keatas tangga. "Udah kayak orang bangkotan lo ngeluh-ngeluh begitu.."
"Sejak kapan anak tangga di sekolah ini bertambah.."
"Sejak ibu tangga menikah dengan ayah tangga.."
"Receh tau gak?"
Keduanya tertawa sambil menatap Glen dan teman sekomplotanya. "Woi Glen!" Panggil Viola mendekat ke dalam lingkup cowok tersebut.
"Jangan cari masalah sama gue.. masih pagi.." Cowok itu enggan berbicara dengan Viola.
"Gak usah sok gak mau berantem lo.. di tabok dikit aja meringis.." Sindir Viola masih berdiri di belakang Glen.
"Apa lo-"
Viola menatap Glen datar sambil menunggu yang akan diucapkan cowok tersebut. Keduanya saling bertatapan sampai akhirnya, Glen menghela napas dan berkacak pinggang. "Apa?"
"Nah gitu dong.. lo sama Hanum gimana?"
Aruna tersedak. Gadis itu mengusap dadanya, sambil mendekat ke Viola. "Lo gila.. nanyain gituan?"
Glen berdecih, "Apa urusannya sama lo? Cemburu?"
Viola melongo mendengar itu. Ia langsung mengetuk kepalanya dengan tangan terkepal dan mengetukkannya ke dinding, kemudian mengusap perutnya sambil bergumam "Amit-amit.. jabang bayi"
"Ngimpi apa gue semalem? Sampe lo bilang, gue cemburu? Hellow.. nolongin Aruna aja lo gak becus.. "
Glen tersenyum miris. "Ya kalo gue suka sama Hanum kenapa emangnya? Terus? Mau nanya hubungan kita sekarang apa?"
"Yang jelas lo bukan pacarnya dia, gebetan dia bukan, temen deket juga bukan.." Balas Viola tak mau kalah. Matanya mengedip sebelah. "Kasian gue sama lo.."
"Lo tuh ya! Udah kayak setan aja kelakuannya!" Bentak Glen. Pundaknya ditahan oleh teman se gengnya sambil berkata, "sabar boss.. cewek itu.. cewek.."
"Sejak kapan gue cowok!" Sindir Viola kearah cowok-cowok tersebut yang memilih menggumamkan umpatan daripada menghajar Viola.
"Bodi udah kek sayur layu gitu.. Masih gaya mau lawan gue" Timpal Viola mencibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Fiksi Remaja#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...