Aruna duduk dengan tangan yang digenggam erat oleh Ardha. Ia tak dapat melepaskan tangan itu dari kukungan Ardha yang begitu erat.
Padahal Aruna juga ingin makan kue yang ada dihadapannya ini. Tapi, tangan kanannya digenggam erat oleh Ardha yang tengah memainkan ponselnya.
"Kak.."
"Hmm.."
"Kak ih.." Panggil Aruna sedikit kesal.
"Iya sayang.."
Mata Aruna terbelalak dengan jantung yang berdegup cepat. Kemudian, wajahnya memerah karena malu.
Tepat di detik berikutnya Ardha mematikan ponselnya dan menoleh kearah Aruna. Memandang wajahnya yang bersemu membuat cowok itu ikut menahan tawa dan berniat menjahili Aruna lebih dalam lagi.
"Kenapa," Tanya Ardha bertopang dagu.
"Um.. itu laper"
Ardha mengerutkan keningnya, "Ya sudah mau gue ambilin apa," Ucap Ardha seraya berdiri dari duduknya, tapi tidak melepas genggaman tangannya dari Aruna.
"Gak mau diambilin.. ini kan udah ada kue.."
"Oke.. tinggal lo makan.."Jawab Ardha santai.
"Tapi lepasin dulu.." Seru Aruna menggoyangkan tangannya yang digenggam erat.
Nampaknya sifat keras kepala Ardha itu memang lebih kuat dibanding dirinya. Cowok itu lantas menggeleng dan duduk kembali sambil menarik kursi Aruna mendekat kearahnya. Membuat gadis itu terpekik kaget.
"Gue suapin deh.."
"Gak mau!!" Tolak Aruna sambil menggelengkan wajahnya. Kemudian, menutup mulutnya dengan sebelah tangan yang bebas dari Ardha.
"Kenapa?" Seperti biasa, itulah slogan pria itu.
"Malu.." Cicit Aruna menunduk. Gadis itu melirik sekitar yang nampak memandanginya dengan Ardha. Terlebih beberapa kolega Yasinta tengah menatapnya intens dan membuatnya tidak nyaman.
"Lo keliatan gak nyaman.." Celetuk Ardha sambil melepas genggaman tangannya. Cowok iu membuka jas abu nya sambil menutupi paha Aruna dan tersenyum manis kearahnya.
"Gue gak suka berbagi soalnya.."
"Apaan sih.. gombal terus.."
Ardha terkekeh, "Gue serius.. dari tadi kayaknya kolega nyokap gue pada liat kesini semua.."
Aruna membenarkan ucapan Ardha. Pasalnya disini hampir separuh gedung dihuni oleh pria. Baik yang asalnya dari luar kota atau luar negeri.
Apalagi, beberapa orang berambut pirang yang duduk tak jauh dari mereka terdengar sedang memuji Aruna.
Memang gadis itu mulai tidak nyaman. Makannya ia menggeliat risih dengan alibi tangan Ardha yang terpangku di pahanya itu menyusahkan dirinya untuk makan. Padahal harapan Aruna selain makan yaitu dengan menutupi paha jenjang yang sedikit tampak tersebut.
"Lo seneng Run?"
Aruna mengerutkan dahi. "Ya seneng lah.."
Kemudian, Ardha menatap kearahnya. Kali ini dengan kedua tangan yang menggenggam telapak tangan Aruna. Semakin erat dari yang pertama barusan. Bahkan, nampaknya kali ini Ardha tidak main-main dengan genggamannya.
"Gue juga seneng banget" Lantas Ardha langsung mengusap kepala Aruna lembut.
"Kita bakalan lama gak ketemu, tapi gue harap lo gak deket sama cowok lain ya.. apalagi anak pertukaran pelajar dari SMA Langit.. pokoknya jangan! Gue gak setuju.."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Genç Kurgu#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...