Aruna menatap jam tangan yang ada di lengannya. Harap-harap cemas, takut paket yang biasa dia tunggu datang di rumah.
Paket dari Kanada, yang biasa dikirim oleh saudara tirinya, Axel dan Exel.
Mungkin saja, kali ini ia mendapatkan hadiah lagi dari Mr. Smith, oh Aruna terlalu berharap. Kalau-kalau ibunya yang dimasukkan dalam box besar, Aruna janji akan jungkir balik di halaman rumah sebanyak umur dirinya sendiri.
Sedari tadi, Ardha menangkap hal aneh dari gelagat Aruna. Cowok itu, tak berani bertanya dan memilih memutar radio di dalam mobilnya sendiri.
"Hello hello.. para penikmat radio, kembali dengan saya, Glen dari SMA Sejahtera."
Ardha mendadak mengerem mobilnya mendengar suara cowok yang familier di telinganya. Begitupun, Aruna yang langsung mengencangkan volume radio. Meski dibalik itu, ada rasa terkejut karena kepalanya hampir membanting dashboard mobil.
"Ini anak kerjaannya kayak gak ada yang lain aja ih.. " Gerutu Aruna menyimak.
"Sore hujan gini membuat gue pribadi penikmat hujan.. mengingat sesuatu yang menyenangkan dan menyedihkan secara bersamaan-"
"Apa itu Glen?? Berpengaruh dengan asmara kayaknya nihhh.." Sahut suara lain, terdengar sedikit kocak dengan aksen berbicara yang menggoda tapi menjatuhkan.
"Kak.. lo gak lanjut lagi??" Celetuk Aruna kala keduanya terlalu hanyut dengan radio.
"Oh.. maaf.." Jawab Ardha menggaruk kepalanya. Lantas mobil kembali berjalan dengan suara radio yang makin menarik. Sesaat Aruna menoleh kearah Ardha yang masih diam nampak aneh.
"Kak.. gue ngerasa lo sedikit aneh atau emang gak enak badan?" Tanya gadis itu sedikit cemas. Ia memang melamun sedari tadi. Tapi, kenapa kelihatannya Ardha sedikit tidak nyaman.
"Iya memang aneh.. kala melihat gadis itu membuat jantungku langsung berdegup-degup kencang, entah dia sadar atau tidak.."
"Enggak.. gue gak papa.. lagi ngitung rumus kok, takut ada soal yang salah itung barusan.."
"Ohh sebelum kita lanjut Glen.. ada email dari @yushaaa67 katanya, ciri-ciri bohong tuh dari mata yang gak fokus ke lawan bicara ya? Atau membasahi bibir dan menautkan jari? Soalnya, pacar gue suka gitu nih.."
Aruna menatap Ardha yang menggigit bibirnya sambil mengedipkan matanya berkali-kali. Entah kenapa, ia sedikit mendapatkan sugesti dari radio mobil.
"Ahh bener banget.. gue sering tuh, gebetan gue kayak ngehindar.. apalagi sekarang dia malah suka ngelamun dan kagetan gatau kenapa? Tapi, kenyataannya dia lagi deket sama cowok lain.. yah dia sih nampaknya terhibur.. tapi gue yang nyesek juga.."
Baik Ardha maupun Aruna tertegun dengan ucapan Glen. Pikiran Aruna melayang kesosok Hanum. Jangan-jangan yang diucapkan oleh Glen itu adalah sahabatnya Hanum, dan pikiran Ardha melayang pada ucapan Glen yang mengganggunya secara mendadak. Ia lantas melirik Aruna yang kembali terdiam dengan raut berkerut heran. Tuh kan?
"Run.. lo ada masalah? Atau mau cerita ke gue.."
"Kalau saran gue.. mendingan lo tawarin ke dia untuk cerita atau lo sendiri mancing dia buat ngomong secara gamblang.. "
"Hah? Kenapa kak?"
"Kalau masih gak ngerespon atau peka.. mungkin dia sedang ingin merahasiakan ini. Beri ku sedikit waktu.. aduh jadi mellow deh. Kasih dia waktu un-"
"Bullshit!"
Mendadak Ardha terkejut dan menengguk ludahnya. Aruna yang meremas kepalanya itu, membuat Ardha menjadi sosok yang penakut di waktu bersamaan. Dengan memikirkan berbagai cara, akhirnya Ardha memilih tertawa ringan menanggapi kelakuan Aruna yang mematikan radio mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Ficção Adolescente#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...