"Hoahmmm..."
Adrian buru-buru turun dengan tasnya. Di dapur ada Aruna yang tengah membuatkan susu coklat dan roti untuk pria itu.
"Lo begadang lagi ya?" Tanya Aruna dengan mata panda diwajahnya. Gadis itu menguap dan mengusap kepalanya.
"Sepak bola, Run.."
"Ck.. lo lupa hari ini ada tanding sepak bola.. dari pagi sampe sore??.. sekalian penutupan hari ini.."
Gadis itu memakan sarapannya kemudian, mengabaikan wajah cemberut Adrian dan lebih memilih mengecek ponselnya.
"Mama sudah kirim uang untuk bulan ini.."
Aruna menghela napas dan menatap Adrian, "Mama udah kirim uang bulanan.."
Dengan cepat, Adrian memandang Aruna. Cowok itu mengangguk ragu-ragu. Tapi, pandangannya mengisyaratkan rasa kasihan.
"Lo gak usah kasihan sama gue.. lama-lama juga terbiasa kok.."
Jawaban cuma-cuma Aruna membuat Adrian merasa geram. Lalu pria itu menunduk dan berpikir kembali.
Kalaupun ia marah dengan keadaan akan percuma saja dan tidak mengubah apapun. Toh, Mamanya akan terus berbohong ingin ke Indonesia bertemu dengan mereka. Aruna bukan anak kecil lagi, dia pasti sudah mengerti mengenai hal seperti ini.
Bukan sekali dua kali Aruna diperlakukan demikian. Tapi, bila di bohongi terus seperti ini, nampaknya Aruna juga akan malas bertemu ibunya lagi seiring waktu.
"Tok.. tok.. "
Aruna mendongak. Dengan gerakan cepat, gadis itu membersihkan tangannya. "Udah gue aja yang buka.." Tutur Adrian bergegas.
"Eeehhh... gue ajah!" Sela Aruna tergesa, sayangnya hal itu tidak di gubris oleh Adrian. Entah apa yang menyumbat telinga cowok itu hingga tidak mendengar teriakan Aruna. Gadis itu, mendecak kesal dan ikut berlarian mengejar kakaknya.
Pria itu jadi ikutan tergesa melihat ekspresi adiknya. Baru ia membuka pintu, sebuah wajah yang ia kenal bertengger disana. Dengan seragam lengkap dan sweater abu. Kali ini menatap heran kearah Adrian yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.
Wajah keduanya sama-sama terkejut. "Lo bener-bener udah start dari sekarang?" Ledek Adrian tersenyum remeh.
"Jangan salahin gue. Lo yang udah ngasih lampu hijaunya.." Tutur Ardha yang di balas cibiran oleh Adrian.
Derap langkah kaki terdengar oleh kedua orang yang ada di depan pintu tersebut. Aruna sudah berlarian dengan keadaan rapi dan siap berangkat sekolah.
Matanya saling bertatapan dengan Ardha yang ikut melihatnya. Sedangkan, Adrian berdehem untuk mencairkan suasana. "Udah buruan lo berangkat.." Seru Adrian.
Aruna terbelalak. "Gue belom cerita ke lo.. soal hari i-"
"Gak usah cerita... gue juga tau kali.." Elak Adrian sambil berjalan keluar rumah, meninggalkan Aruna dan Ardha yang mengerutkan dahi heran.
"Ya.. salah gue juga sih.." Ucap Aruna sembari mengunci pintu rumahnya.
Gadis itu berjalan berdampingan dengan Ardha, menuju mobil yang sudah dua kali Aruna tumpangi.
Tapi, nampaknya Aruna melihat seseorang duduk di jok belakang mobil Ardha. Matanya menyipit untuk memastikan bahwa yang dilihatnya itu benar.
"Haiiii kakak pelayan tadi malammmm!!!"
Aruna terkejut bukan main saat yang dia lihat adalah Arfha. Cowok itu tersenyum tanpa merasa bersalah dengan ucapannya.
Tanpa disuruh siapapun Ardha langsung mendahului Aruna dan menarik Arfha keluar mobil dengan paksa. Disaat yang bersamaan mobil Adrian keluar dari garasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Roman pour Adolescents#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...