Bab 33

276 26 0
                                    

Kejadian itu sudah lewat beberapa minggu. Dan kali ini Aruna dihadapkan dengan banyak sekali buku yang harus ia konsumsi. Baik di waktu breakfast, lunch, dan dinner.

Wajah kusutnya yang tampil di pagi hari membuat seisi kelas takjub.

"Wah.. kenapa muka lo?" Tanya Glen tanpa basa-basi. Seperti biasa, cowok itu tengah berkumpul dengan teman geng nya.

"Kepo amat" Jawab Aruna jutek.

"Jarang-jarang muka lo kusut.. biasanya kan lebih kusut.."

"Mulut lo ya.."

Glen terkekeh dan memilih berbincang dengan teman lainnya. Mengabaikan Aruna yang sudah diambang kesal dengan tingkah lakunya.

Oh, ngomong-ngomong soal SMA Langit. Mereka akhirnya, benar-benar memperlakukan tindakan yang diluar dugaan. Keputusan malam itu, mereka menolak untuk putus kerjasama dengan SMA Sejahtera.

Artinya, mereka tetap ingin menjalankan kegiatan pertukaran pelajar hingga satu bulan. Beribu maaf pun dilontarkan oleh Ayah Lian atas kelakuan anaknya. Sebenarnya, Adrian tidak setuju lewat jalur damai. Tapi, karena kasihan. Mau tidak mau, cowok itu angkat tangan dan menyetujui saja.

Bagaimana dengan belajar Aruna? Yah, Ardha dan dirinya selalu janjian sepulang sekolah di Cafe milik Anin untuk belajar hingga sore menjelang malam. Terkadang Viola atau Hanum ikut. Tapi, percayalah mereka malah acuh dan memilih menikmati makanan disana hingga berkali-kali memesan hal yang sama.

"Run.." Panggilan itu datang dari Heni. Teman sekelasnya.

"Kenapa?" Tanya Aruna. Kemudian, gadis itu menunjuk kearah pintu. "Dicariin kakel pertukaran lo.."

Aruna mengerutkan dahi bingung. "Gue? Gak salah?"

Heni mengangkat bahunya dan menujuk kearah pintu. Ada Edgar dengan tampang datarnya tengah menelongok ke dalam kelas. Ketika matanya bertemu dengan mata Aruna, cowok itu langsung memberi kode untuk keluar.

Aruna menghela napas dan bangkit dari duduknya. "Wahh... gacoan lo baru?" Ledek Glen yang di hadiahi tabokan oleh Aruna.

"Gue bilang mulut lo ya kebanyakan bacot!"

"Ck.. padahal kemaren baru di bully lo sama sekolah mereka.."

Aruna berhenti melangkah dan menatap Glen. "Lo kalo lagi kesel gara-gara Hanum bisa kagak ngelemparnya ke orang lain. Jangan ke gue!" Celetuk Aruna berkacak pinggang.

Usai mengucapkan hal itu,Glen senyap dan memilih mengaduh, mengabaikan celoteh ria Aruna. Gadis itu tau, tetang persaingan Glen dan Arfha untuk mendapatkan Hanum. Bahkan, belakangan ini cowok itu terlihat brutal dan tidak ramah. Mungkin saja, karena berdebat dengan Arfha dan pemicunya adalah Hanum. Itu sih sejauh ini yang diketahui Aruna. Tentu saja dari biang gosip sekolah.

Daripada berbasa-basi, Aruna akhirnya berjalan kedepan kelas dan menghampiri Edgar yang tengah duduk di kursi depan dengan kepala yang bersender sarkastik.

Aruna berdiri di depan cowok itu dan mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa mau ketemu gue?" Tanya nya tanpa basa-basi.

Edgar mendongak dan tersenyum. Kemudian, menghela napas panjang. "Gue baru tau kalo yang nyelametin Asma itu lo.."

"Hah,"

"Cewek yang lo selametin dari bullyan Lian.. itu Asma.."

Aruna mengulas kembali kejadian tempo hari yang menimpanya. Kemudian, ingat dengan gadis berjilbab yang tengah ketakutan gara-gara Lian.

"Oh.. dia temen lo?" Tanya Aruna yang membuat Edgar terkekeh. "Adik gue.."

Mata Aruna membulat. Ia langsung melihat wajah Edgar yang tersenyum ke arahnya. Nampak sekali wajah itu serius menanggapinya. "Bercanda lo gak bener.."

UNLIMITED LOVE ✅ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang