Aruna menghentikan taxi yang ia tumpangi tepat di depan SMA Langit. Gadis itu merapikan sedikit penampilannya sebelum turun dan menunggu di halte bus. Tempat yang ditunjuk Ardha untuk pertemuan mereka.
"Padahal gue belom pacaran. Tapi, kenapa rasanya tuh gini amat dah.." Gerutu Aruna sambil mengendikkan bahu.
Matanya memandang kearah gerbang yang sudah ramai dilalui siswa-siswi SMA Langit. Tidak ada keributan seperti sekolahnya SMA Sejahtera.
Biasanya setelah pulang sekolah, Aruna selalu menghindar dari cowok-cowok berandalan yang main dorong dan terkapar di jalan dengan gelak tawa. Tapi, lihatlah apa yang ada dihadapannya.
Bukankah aneh? Saat tidak ada yang saling dorong? Mereka hanya memainkan ponsel atau berbincang ringan sambil berjalan. Bahkan, penghuninya rata-rata menggunakan mobil untuk kesekolah. Tidak ada yang menggunakan motor.
"Hei!"
Mata Aruna kembali memincing, tepat ketika ia melihat seorang gadis berkacamata yang di dorong hingga membentur tembok. Hijabnya di tarik kebelakang hingga beberapa helai rambutnya keluar dari penutup tersebut.
Tentu saja Aruna tidak tinggal diam. Gadis itu berteriak sambil berlari mendekat. Kemudian, dengan gerakan cepat ia mencekal lengan seseorang yang hendak menampar gadis berhijab tersebut.
Matanya bertemu dengan sosok yang ia ketahui sangat lancang dan kurang ajar seminggu lalu. Gadis berambut sepinggang dengan bola mata melotot di balik softlens hijaunya.
"Aruna?" Tanya gadis itu memastikan.
Herannya yang perlu kalian ketahui. Kejadian ini benar-benar terbiarkan. Secara garis besar, banyak yang melihat kejadian ini tapi memilih diam dan tidak ikut campur. Oke gak papa sih kalau memang gak mau mengurusi urusan orang lain. Tapi, mereka satu sekolah dan apa tindakan ini tidak keterlaluan? Tidak punya tenggang rasa sepertinya.
Memang terlihat dari luar sangat berkualitas tapi rupa dalamnya sama saja seperti sampah. Habis manis sepah di buang. Aruna menggeleng kan kepalanya miris.
"Lo kenal gue?" Tanya Aruna kembali.
Saat ini ia disoroti tatapan benci dari Lian. Ya, orang yang menganggumi Ardha berlandaskan harta. Matanya menyoroti Aruna dengan tatapan jijik.
"Gak usah bercanda!"
"Gue juga gak bercanda.. kapan kita ketemu? Kemaren? Hah? Sorry gue orang sibuk.."
Lian mendengus sambil tersenyum remeh. "Sok sibuk! Tapi, mau ngurusin beginian. Lo gak usah ikut campur masalah beginian bisa?.." Cerocos Lian. "Ini sekolah lo? Bukan kan!"
Aruna tertawa, "Permisi? Kita ini masyarakat umum yang patut untuk saling menolong.."
"Masyarakat umum! Lo gak liat ini masih lingkungan sekolah gue?"
"Lingkungan sekolah? Lo lupa ini udah di luar gerbang?" Timpal Aruna tersenyum menang. Gadis itu maju selangkah mendekati Lian yang terkejut bukan main. "Gue bisa ikut campur karena ini udah jadi tindak kejahatan sosial masyarakat. Bukan kejahatan sekolah lagi!"
Lian menggigit bibirnya. Tak terasa kalau siswa-siswi yang berlalu lalang ikut menyaksikan kejadian tersebut. Berbisik dan memandang Lian tidak percaya. Seakan-akan kembang SMA Langit itu kalah telak.
"Bacot lo! Mau gue hajar?"
Aruna mengangguk, "Boleh.. lo cewek yang menjunjung keadilan kan? Oh.. salah ya, kan kalo apa-apa pake duit selesai masalahnya..ups.." Aruna menutup mulutnya sambil melirik sekitar yang terpengaruh ucapan gadis itu.
"Sialan! Sini lo!"
Lian mendekat dan berhasil meraih sebelah kepangan Aruna. Menariknya hingga Aruna tersungkur di tanah. Gadis berhijab yang ada di belakang Aruna nampak ketakutan dan memilih diam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...