Sudah berhari-hari Ardha mengantar jemput Aruna. Tapi, nampaknya tidak ada kemajuan dari cowok tersebut. Ia juga jarang ber-chat ria dengan Aruna. Gara-gara kesibukan cewek itu yang hendak mengikuti perlombaan Atletik.
Ngomong-ngomong Adrian juga terbiasa dengan kedatangan Ardha untuk sekedar menanyakan Aruna bahkan mengantar jemput gadis itu. Nampaknya, ia sudah benar-benar ikhlas melepas Aruna pada tangan seorang pria untuk sementara. Terlebih, belakangan ini Aruna nampaknya lebih sering tersenyum dan melupakan masalahnya dengan ibunya.
Hans dan anak yang lain juga sudah mendengar kabar kedekatan Aruna dan Ardha. Meski ada beberapa yang menganggap mereka pacaran. Sampai saat ini Ardha belum jujur kepada Aruna bahwa ia merasa nyaman dengan gadis itu. Sepertinya ia ingin menjalani saja cerita kisahnya.
Seperti hari ini. Ia baru mengirimi Aruna pesan kalau dirinya tengah menunggu gadis itu selesai sambil bermain basket di lapangan.
"Loh.. Bang.. lo disini?"
Suara yang nampak familier itu, menghentikan aksi Ardha yang tengah memasukkan bola ke keranjang basket.
"Ngapain lo?" Tanya Ardha ketus yang disambut kekehan cowok itu.
"Lo lupa gue daftar di eskul basket SMA sejahtera?"
Ardha memandang adiknya sambil mendengus. "Gue bukan lupa. Tapi, emang gak mau tau.."
Beberapa anak di belakang Arfha menahan tawanya. Langsung dengan cepat di balas tatapan tajam Arfha yang lebih kearah imut. Karena, pipinya seketika memerah.
Wajah kebule an Arfha memang lebih banyak mengikuti Papinya yang keturunan Inggris Indo. Beberapa rambutnya juga coklat asli, tapi bodinya yang kecil tidak terlalu tinggi itu nampaknya mengikuti sang Mami, Yasinta.
Berbeda dengan Ardha. Cowok itu tinggi jangkung dengan bulu mata lentik mengikuti Yasinta, juga beralis tebal dan wajah yang sawo matang. Jelas sekali bodinya mengikuti sang Papi.
Meskipun keduanya terlihat berbeda. Tak ayal beberapa orang masih melihat kemiripan mereka di beberapa sisi. Seperti mata yang berwarna coklat dan bibir yang merah seperti papi mereka. Ya.. Itupun kalau Arfha tidak menggunakan soft lens.
Ardha lantas mengalihkan pandangan kearah bola yang digenggam salah satu teman Arfha. Seminggu ini, ia tidak berolahraga. Karena sibuk dengan banyaknya ulangan harian juga Aruna.
"Mau tanding?" Tawar Ardha disambut anggukan Arfha.
"Seumur-umur gue menanti hal ini... Ketika lo ngajak gue main.."
"Bukan ke lo.."
Ardha melewati Arfha yang tengah merasa bangga. Tapi, ucapan Ardha membuatnya seakan dilempar dari ketinggian. Seakan-akan Ardha memperlakukanya seperti sampah. Padahal, kemampuan Arfha sudah mulai meningkat sejak latihan beberapa hari lalu di rumah temannya.
"Bo.. boleh.." Jawab salah satu anak yang lebih tinggi dari yang lain.
"Oke.. satu lawan berapa ini? Empat?" Remeh Ardha.
Akhirnya, sore itu di isi oleh Ardha yang bermain basket dengan adiknya dan teman-temannya.Menghilangkan penat kala menunggu Aruna dengan olahraga tidak salah kan?
♡_♡
"Pulang sekolah besok kita latihan lagi." Ucap Pak Wasito sambil membubarkan anak-anak yang kelelahan.
Aruna berlari kecil dengan handuk yang disampirkan di lehernya. Gadis itu berjalan mengambil tasnya yang diletakkan paling ujung bersamaan dengan tas pink Viola. Gadis itu pasti masih berlarian di lapangan sepak bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...