Bab 23

310 34 0
                                    

Kerumunan yang bergumul di depan mading pagi ini, membuat dua orang remaja yang baru tiba itu, saling berpandangan bingung. Salah satunya menerobos dan mendorong beberapa siswa/siswi yang sedang ribut. Seolah ingin tahu apa yang terjadi.

"Kenapa sih?"

Viola menggendong tas dengan sebelah pundaknya. Menanyakan, hal yang ramai dibicarakan kepada Aruna.

Lantas gadis itu mengangkat bahu dan menelisik keberadaan Ardha yang tertelan kerumunan.

"Gatau sih, baru gue dateng juga udah rame ajah.." Ujar Aruna santai.

"Kak Ardha di situ?" Tanya Viola seraya menunjuk kerumunan yang justru semakin ramai.

"Iya.."

Kejadian itu tak berselang lama. Karena tiba-tiba Hans merusak semuanya. Cowok itu datang sambil membawa lima tongkat lembing di pundak kirinya.

"Woi.." Serunya sambil mendekat, awalnya sih langkah kakinya terlihat santai dan entah kenapa berubah semakin cepat dalam radius 40 meter. Tapi, hal itu dengan cepat dihalangi oleh Viola yang menarik seragamnya hingga mencuat tak rapi dari celana abu-abu Hans.

Hans berdecak tapi, saat tau yang melakukan itu Viola. Ia buru-buru tersenyum dan menunduk.

"Lo gak bisa kalem dikit?"

"Umm.. itu kan rame.. so gue.." 

Interaksi keduanya membuat beberapa kerumunan justru berbisik. Begitupun Aruna yang cengo karena kedekatan tidak terduga dari dua orang tersebut.

Viola melepaskan pegangannya dan dengan gamblang pergi darisana. Tentu saja, ia tidak ingin dijadikan bahan pembicaraan seperti Aruna tempo hari dan belakangan ini.

"Vi..."

Sambil berkacak pinggang, Aruna menggeleng melihat dua sejoli yang kini sedang berkejaran menyusuri koridor.

Kemudian, matanya melirik kearah kerumunan. Sosok Ardha sudah keluar dari sana. Dengan rambut yang acak-acakan dan tak lupa lengan yang jelas sekali lusuh gara-gara terlalu lama ada disana.

"Kenapa?" Tanya Aruna melangkah beriringan meninggalkan kerumunan.

"Kok lo pake slogan gue?"

"Ck.."

Ardha mengulum senyumnya, "Beasiswa.."

"Terus?" Aruna seketika berhenti melangkah dan bersedekap di hadapan Ardha yang menggaruk tengkuknya. "Jangan bilang lo keterima?"

Hening hingga helaan napas Ardha terdengar. "Iya.. rencananya sekolah ngajuin gue.."

"What?" Jelas Aruna sedikit kaget. "Dimana?" Lanjutnya panik.

"Kanada.. kalo enggak ya di Hungaria.. Budapest.." Celetuk Ardha dengan raut kecewa.

"Itu jauh banget.."

"Iya gue tau.."

"Lo serius?"

"Menurut lo?" Ardha menjawab dengan santai.

UNLIMITED LOVE ✅ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang