Kita lewati masa-masa ujian mereka ya.
Tentunya selama ujian tengah semester berlangsung, Ardha lebih sering mampir ke rumah Adrian untuk mengasah kemampuan belajar Aruna.
Tentu saja, tidak hanya mereka berdua. Ada Hans, Viola, Hanum, Adrian, Arfha, dan secara bergantian adik Hanum yang datang. Entah kenapa mereka memilih belajar di rumah Aruna, dibanding rumah mereka sendiri. Tentunya dengan banyak alasan bermacam juga.
"Gue gak ada temen di rumah.. Nyokap kan di rumah sakit, abis ini juga gue balik ke rumah sakit" Itu kata Hans.
"Lo tau sendiri bokap gue jadi rada aneh sekarang.. dia jadi tanya-tanya ini itu macem-macem kek gue.. padahal biasanya enggak. Makannya gue lari dan belajar disini.." Sahut Viola. Ayah Viola memang terlihat lebih memperhatikan anaknya sih, sekarang. Pokoknya dia itu pria yang labil.
"Yaa gue mah, sama aja sih di rumah sama di sini.. cuma emang ada beberapa hal yang gue gak pahami.. makanya, gue milih belajar disini.. oh maaf, gue juga bawa adik gue bergantian karena mereka gak mungkin diurus sama Abi, Umi dan Abbah di rumah.." Itu kata Hanum. Ya, wajar sih.. namanya anak sulung dari lima bersaudara mau gak mau gitu.
"Gue? Ya karena Kak Hanum lah.." Jawaban Arfha membuat dirinya sendiri jatuh dalam capitan ketiak Hans yang mendengarnya.
"Gak usah sok buchin lo.. dasar kecebong laut.." Seru Hans menjitak kepala Arfha berkali-kali.
"Aduh duh duh.. lagian sejak kapan kecebong dilaut.." Balas Arfha berusaha melepaskan diri dengan wajah yang pucat seperti hendak mengeluarkan isi perutnya. Oke, baru tau kan kalo Ketiak Hans itu bau bangke anyir!
"Sejak tadi lah.."
"Ngaco lo!!!" Jerit Arfha saat Hans malah menggosokkan ketiaknya lebih dalam.
Hal ini tak luput dari penglihatan Viola. "Lo kalo mau pada berantem atau bercanda mending keluar deh.. gue gerah liatnya.." Ucap gadis itu.
Jangan tanya, bagaimana wajah Hans. Dia buru-buru tersenyum dan melepaskan capitan Arfha. Kemudian, tersenyum geli kearah Viola.
Hanum terkekeh melihat Arfha yang berusaha mengeluarkan angin dari dalam tubuhnya.
Bahkan, Aruna malah tidak menggubris hal tersebut, ia memilih belajar dengan Ardha. Kemudian, sesekali berselfie dan bersenda gurau.
Bagaimana dengan Adrian? Cowok itu memandang jengah dengan sebelah mata berkedut. Apa kali ini temannya tidak waras? Tidak tau bagaimana menderitanya dia saat melihat itu semua?
"Cukup!!! Gue tau disini gue jomblo.. jadi kenapa kalian malah bikin gue tambah enek disini!" Timpalnya yang mampu membuat seisi ruangan hening.
"Baper lo?" Tanya Ardha sambil bertopang dagu.
"Yakali gue baper! Tau situasilah. Sekarang mendingan belajar!"
Viola tertawa. "Tumben banget otak lo mikirin belajar.." Mata Adrian terbelalak.
"Bentar lagi gue lulus.. biarkan gue mendalami satu waktu dimana gue harus belajar mati-matian.."
Seisi ruangan bertepuk tangan sambil bergumam. "Luar biasaaa.."
♡_♡
"Laut.." Pekik Aruna.
"Camping.." Pekik Arfha.
"Malioboro.." Pekik Hans.
Otak mereka memang tidak mau saling mengalah. Viola memilih bermain game di ponsel Hans sambil berbaring di sofa. Sedangkan, Ardha berusaha memahami keinginan ketiga makhluk pemaksa tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Ficção Adolescente#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...