Pukul 4 Aruna terbangun. Gadis itu mengambil kopernya dan memasukkan beberapa kaus juga celana jeans dan celana pendek.
Alasan kenapa ia ingin ke laut, itu karena ia ingin menggunakan slendang atau rok ikat yang dikirimkan oleh Mr. Smith dari Paris tahun lalu. Benda itu, baru di temukan Aruna ketika dia sedang mencari-cari buku materi lama.
Gadis itu mengetuk dagunya. Kembali mengingat apa yang Ardha minta bawa. Tidak perlu lah dia bawa baju macem-macem. Lagian, kemana sih itu anak mau bawa semuanya? Aruna saja enggan bertanya, karena tidak ingin Ardha seperti orang kesetanan lagi.
"Oke.. mungkin barang pribadi like.. powder, perfume, oh.. my charge, power bank.. lip balm.. and.."
Aruna mengulang-ulang apa yang harus ia bawa. Hingga akhirnya, suara pintu menginterupsi kegiatanya tersebut.
"Runnn.. ini gue Hanum.."
Dengan langkah lebar, Aruna membuka pintu dan nampaklah sosok Hanum dengan hijab warna pastelnya. Kali ini kelihatan casual karena gadis itu tidak menggunakan rok. Oh, ada kamera menggantung di lehernya.
"Lo sebenernya.. Ikut liburan ini nyari spot selfie?"
Hanum terkekeh, "Ya.. nyari spot buat nge vlog.."
Aruna menggeleng dan menyuruh gadis itu masuk. "Lo belom mandi, Run?" Tanya Hanum melihat Aruna yang masih berbalut piyama.
Gadis yang merasa ditanyai itu menoleh cepat, kembali menggaruk kepalanya, "Oh.. belom.. gue baru ngemas baju.. lo gak bawa koper?" Tanya Aruna karena tidak melihat Hanum menyeret benda apa-pun. Gadis itu hanya membawa ransel besar berwarna hitam di punggungnya.
"Ya elah.. ngapain ribet-ribet.., lagian baju-baju gue mah di lipet gulung. Bukan di lipet kayak lo gitu.." Celetuk Hanum menunjuk koper Aruna dengan dagunya. "Cuma beberapa hari doang lagian.."
Aruna mengangguk. "Eh.. lo bawa duit berapa? Emang berapa hari disana?"
"Gue? Cuma bawa 300 doang. Kata Kak Ardha barusan kita tiga hari doang.."
"Emang cukup ya 300?" Tanya Aruna memastikan.
"Lo kalo mau nambahin silahkan kok.. dompet gue masih lowong.." Timpal Hanum menyodorkan dompet dari kantongnya.
"Kagak elah.. gue juga cuma megang 200.. nanti mau malak Adrian.."
Hanum terkekeh. "Kalo gitu.. gue minta 100 ahahaha.."
Keduanya tertawa dan kembali diganggu oleh suara yang muncul dari depan pintu. Seorang pria berbadan besar tengah bersender pada kusen kayu.
"Woi kelabang kembar.. buruan pada siap-siap.. yang lain dah nunggu di mobil.." Celetuk Hans sambil menguap lebar.
Aruna kelabakan. Gadis itu melirik jam di dinding kamarnya. Takut-takut kalau jam nya rusak. Sedangkan, Hans mengerutkan dahi heran melihat tingkah Aruna.
"Di bawah ada siapa aja?" Tanya Hanum mendekat kearah Hans.
"Ya udah semua.. tinggal lo berdua.. gue aja baru nyampe tadi abis nungguin Viola boker.."
"GAK USAH FITNAH LO, BANGKE!!!"
Suara Viola menggema dari lantai dasar. Membuat Hans langsung berdiri tegak dengan tubuh bergetar. "Gue ngomong keras banget emang?" Bisiknya kearah Hanum.
"Makannya tuh kuping jangan dipake headsetan lagian ngegame mulu!" Gerutu Aruna sambil berjalan masuk ke kamar mandi.
Hanum tertawa dan menatap Aruna. "Run.. Jangan lama-lama lo, cepetan"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Teen Fiction#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...