Bab 30

290 30 0
                                    

"Lo kenal anak pertukaran itu?" Tanya Aruna kearah Viola ketika keduanya tengah membeli buah.

"Udah gak aneh lagi sih sebenernya, Run.."

"Maksud lo?"

"Ya.. dia kan satu SMP sama kita dulu.."

Aruna mendadak berhenti memilih buah. Ia mengerutkan keningnya, membiarkan Viola melanjutkan kegiatannya sedangkan dirinya lah yang berpikir.

"SMP?"

Viola mendesah dan berkacak pinggang. "Lo gak mungkin tau kalau sekarang dia beda, Run..." Selanjutnya, Viola tersenyum kepada penjual buah dan menerima bingkisannya.

"Dia dulu tuh culun nya minta ampun.. kadang-kadang suka kebagian jatah ngurusin Jurnalis sama gue selama setahun penuh. Waktu itu gue sekelas, pas kelas 8" Jelas Viola lagi.

Kepala Aruna mantuk-mantuk. Tapi, detik berikutnya dia mendesis. "Kok gue bisa gak tau ya.."

Mendengar keluhan Aruna. Buru-buru Viola berdecak malas sambil memutar bola matanya. "Kapan sih lo tuh konsekuen... kadang-kadang teliti kadang-kadang enggak. Gini nih, faktor kebanyakan fens.."

Aruna ikut berdecih dan membayar belanjaan buah tersebut. Kemudian, menarik lengan Viola keluar dari toko buah. "Rumah Sakit Cahaya?"

Viola mengangguk. "Berarti lo juga sendiri kali ini?" Tanya gadis itu memastikan.

"Ya iya lah. Secara Kak Ardha lagi pertukaran pelajar dan Hanum udah pergi duluan kemaren sama Arfha... lo aja yang betah bulak-balik RS.." Ledek Aruna santai.

"Ya mau gimana lagi.."

"Ikhlas gak nih?"

"Ya ikhlas lah.. demi Nyokap Kak Hans.." Ucap Viola sambil membusungkan dada.

♡_♡

Aruna bersenda gurau dengan Ibu Hans yang sedang bersandar di tempat tidurnya. Wanita rentan itu ternyata memiliki 8 orang anak, dan anak terakhirnya adalah Hans. Tak perlu disebut satu-satu kan anaknya. Karena, memang Aruna tidak mengingatnya dengan baik. Pokoknya nama mereka berinisial "H" semua.

"Kamu yang dekat dengan Ardha?" Tanya Ibu Hans. Nama wanita berusia 62 tahun itu adalah Sari.

"Ah.. kita cuma teman kok.."

Wajah keriput Sari mengatakan sebaliknya. "Masa sih? Padahal Hans terus cerita tentang kamu sama Ardha.."

Aruna terkejut, "Kok dia cerita sih? Emang apa yang Kak Hans ceritakan, Ibu?"

Sari terkekeh, "Dia cuma cerita kedekatan kamu sama Ardha. Bahkan, semua hal yang ia alami di sekolah. Seperti biasanya pasti selalu diceritakan kepada saya saat bertemu di rumah.."

Mendengar celotehan Sari membuat hati Aruna berbunga-bunga dan legah. "Saya pikir kamu cocok dengan Ardha, Nak.."

Aruna mengangkat sebelah alisnya. "Cocok?"

"Nyonya Yasinta sangat baik pada saya.. beliau bahkan membiayai RS ini. Terlebih, Ardha selalu menemani saya kalau ia sedang mampir ke rumah. Niat awal Ardha biasanya belajar bareng dengan Hans, tapi ujung-ujungnya ia malah menanggapi saya ketika bercerita.."

"Sungguh anak yang baik.. saya suka Hans bergaul dengannya. Apalagi, ketika saya dengar kamu itu mirip dengan Ardha. Baik perilaku dan sikap.."

Merasa dipuji, pipi Aruna berubah menjadi merah. "Ah Ibu bisa aja.."

Kemudian, keduanya tergelak. "Apa nih yang aku tinggalkan.." Suara Viola seketika mendominasi kegiatan Sari dan Aruna.

Mata Sari mengerling nakal. "Wahh.. kalo ini kesayangan Ibu.."

UNLIMITED LOVE ✅ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang