Aruna memandang jalanan yang asing untuknya. Gadis itu, menoleh kearah Ardha. Nampak cemas karena mendadak ponselnya low bat dan tidak dapat menghubungi Adrian.
Berkali-kali ia bergerak gelisah di duduknya. Sontak hal itu, menyambut kerutan di dahi Ardha yang ikut merasakan kebingungan. "Kenapa? Gak nyaman?"
"Eh.. enggak kok.." Jawab Aruna pelan. Ia menautkan jemarinya lagi.
Jawaban Aruna yang kurang memuaskan, membuat Ardha kembali melirik gadis itu. Setelah memang sering berdekatan, akhirnya ia tahu tanda-tanda kalau Aruna marah, gadis itu akan cemberut hingga mencak-mencak dengan suara yang tidak dapat dibilang pelan.
Lain lagi dengan gugup dan takut. Gadis itu akan menggigit bibir sambil menautkan jemari dan duduk gelisah. Jika sangat senang, ia bisa melompat kegirangan atau menyembunyikan rasa senang tersebut dengan sangat baik. Sehingga Ardha tidak terlalu paham kalau gadis itu bersemu atau menahan tawanya. Mungkin, itu usaha Aruna untuk menyembunyikannya.
Ardha menepikkan mobilnya kedua kali, tepat di jalan setapak yang ramai dikunjungi muda-mudi. Disitu ada parkiran untuk meletakkan mobil.
Sebelumnya, mereka pergi ke mushalla untuk beribadah maghrib. Dan melanjutkan perjalanan yang lumayan jauh untuk kemari.
"Lo gak papa kan?" Tanya Ardha saat Aruna tidak bergeming.
"Gak papa.."
Kali ini, Ardha menghela napas panjang, "Kalo lo gak nyaman kita bisa pulang.."
"Bukan.. itu maksud gue.. Adrian.."
Aruna tidak mungkin menyuruh Ardha untuk menghubungi Adrian kan? Ia terlalu malu untuk demikian. Maka itu, sedari tadi ia kebingungan. Siapa tahu, Adrian menghubunginya berkali-kali.
"Dia udah tau lo sama gue.." Jawab Ardha tenang. Seraya melepaskan sealt bet yang melingkar di tubuhnya.
Sedetik kemudian, Aruna terlonjak. "Lo yang ngomong kak? Terus dia bilang apa?" Kaget Aruna.
Niat muncul dalam diri Adrian untuk menjahili Aruna. Sehingga cowok itu pura-pura berpikir meski wajahnya lebih kearah dingin tak ber ekspresi. Ia berdehem dan memasukan tangannya kedalam saku
"Jangan bawa lo main dan pulang sampe pagi.."
"What!!"
Ardha mengangguk sambil berjalan keluar mobil meninggalkan Aruna yang gelagapan. Gadis itu berhenti melangkah dan memutar otak, karena merasa aneh dengan ucapan kakak kelasnya itu.
"Kak lo gak bakalan bawa gue sampe pagi kan? Jangan-jangan maksudnya Adrian itu, lo suka keluyuran sampe pagi.." Seru Aruna menyusul Ardha yang sudah berjalan menjauh.
Entah polos atau bego seperti Adrian, Ardha sama sekali tidak tahu. Ia tidak menemukan sebutan yang pantas untuk Aruna.
Rupanya, setiap orang pintar memiliki sikap polos. Dibalik sifat pemarah ada sifat penyayang, di balik sifat lain juga ada sifat lainnya yang menutupi kekurangan tersebut. Ardha tidak boleh aneh dengan hal semacam itu. Aruna pun begitu.
"Sepertinya akan begitu.. jadi sebisa mungkin gue bawa lo balik sebelum matahari terbit.."
"Ih gila.." Umpat Aruna lantas menutup mulutnya.
"Lo ngomong apa barusan?" Aruna menggeleng sambil berjalan mendahului Ardha. Tanpa sadar berbelok kearah yang salah alias berlawanan.
"He.. tangganya juga di depan lo.. ngapain kesana.."
Tangga yang berlumut itu sudah diinjak oleh Ardha tapi nampaknya Aruna salah berbelok, malah mengikuti jalan setapak berbata merah.
Dengan cepat gadis itu memutar haluan dan mengeratkan jaketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNLIMITED LOVE ✅ (END)
Fiksi Remaja#1 in wp2019 》(11 Juni 2019) "Lo tuh kayak remaja yang bikin tiga pengakuan. Dari suka, sayang, dan mungkin besok cinta.. Gue heran kenapa harus bertahap?" Gadis itu memainkan kakinya dan membiarkan rambutnya tergerai. "Bagus dong.." Pria di sebelah...