EPILOG

771 40 0
                                    

Kelulusan. Ardha tidak mengikuti kelulusan hari ini, karena dirinya sedang berada di Canada untuk ujian masuk Universitas.

Aruna juga sedang di sekolah. Dengan gaun motif bunga yang ia kenakan. Tentunya, menemani Adrian yang tengah berwisuda di depan sana.

Nilai-nilai ujiannya sangat bagus. Kemungkinan, ia akan kuliah di salah satu kampus yang ada di Jakarta. Tidak perlu jauh-jauh, katanya ia ingin melindungi Aruna saja.

Hari ini pula Aruna senang, karena video call dengan Mr. Smith dapat terlaksana. Ia juga dapat melihat wajah ibunya. Berbincang dengan wanita itu selama kurang lebih satu jam. Ia bahagia sekali.

"Dek.. nemenin adiknya?" Seorang Ibu-ibu menepuk pundak Aruna.

"Oh enggak, Bu. Saya menemani Kakak saya.. dia barusan maju pertama.."

Wajah ibu-ibu itu terkejut. "Adrian? Yang nilainya rengking dua itu di sekolah ini? Wah.. anak ibu juga sering cerita soal dia loh.."

Aruna tertarik untuk berbincang. "Benarkah? Ngomong-ngomong siapa anak ibu?"

"Selvi Arumi.."

Aruna mengerjapkan matanya dan menengguk ludah kasar. "Kak Selvi?"

"Oh.. kamu kenal juga.. berarti benar kata anak saya, dia cukup terkenal hehe.."

Aruna ingin menjedotkan dahinya ke tembok. Lihat wajah ibu ini, sangat anggun dan ramah. Tapi, kenapa anaknya.. boleh dibilang mirip setan!

"Oho.. dia pernah nolongin saya waktu di bully dulu.." Ucap Aruna. Ya.. setidaknya salah satu kebaikan Selvi adalah hal tersebut.

Usai acara selesai. Semua anak SMA Sejahtera langsung berhamburan untuk berfoto bebersama di halaman depan sekolah.

Banyak yang berfoto dengan orang tua mereka hingga pacar. Tapi, Aruna bahkan bertemu Ardha  seminggu yang lalu dan sekarang, ia juga tidak ada orang tua. Yang patut dikasihani adalah Adrian, bukan dirinya.

Cowok itu, tidak pernah mengeluh atau meminta apapun padanya, itu terkadang membuat Aruna kesal.

Adrian selalu menutupi kecemasan atau keinginannya dengan tersenyum. Seperti sekarang, ia sedang tersenyum kearah teman-temannya yang sedang bahagia.

"Bang.. foto yuk.. kita kirim Mama.." Ucap Aruna sambil menggandeng lengan Adrian.

"Oh.. ayuk banget.. siapa yang motoin?"

"Gueeee!!!" Teriak seorang gadis.

Aruna dan Adrian menatap Hanum, Viola, Hans dan Arfha disana. Mereka tertawa sambil berlarian mendekat.

"Woi bro.. cumlaude sekolah nih.." Sindir Hans.

"Jelaslah.. belajar terus! Lah lo! Nilai segitu bangga?! Mau kuliah dimana lo? SNMPTN masuk gak?" Nyinyir Viola mendepak Hans berkali-kali.

"Gue gini-gini rengking 45 tau! Suka ngejatohin aja lo!" Elak Hans kepada Viola dan mencubit pipinya.

"45 aja bangga.. gue yang dari kemaren rengking satu paralel aja biasa aja.." Sindir Arfha tanpa memandang Hans.

Memang benar, Arfha itu menuruni sifat kakaknya yang cerdas. Anak itu, mendapatkan rengking satu paralel dan kelas selama satu tahun bersekolah. Ditambah dengan cerdasnya dia di bahasa inggris. Nyaris semua nilainya sempurna alias 100.

"Lo tuh ya.. minta di ketekin mulu mulutnya!" Hans buru-buru mengejar Arfha yang ketakutan dan berlarian kesana-kemari.

Aruna dan Adrian tertawa. "Loh ayok foto kalian berdua.. kita dari tadi udah foto-foto loh.."Ucap Hanum sambil memasang ancang-ancang untuk memotret kedua kakak adik tersebut.

UNLIMITED LOVE ✅ (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang