Seperti biasa, Lori menjemput Princess untuk berangkat sekolah bareng. Gadis itu terlihat murung hari ini, sama sekali tak bersemangat saat menyapanya tadi. Bahkan setengah perjalanan menuju sekolah, Princess diam saja dan lebih memilih menoleh ke samping jendela dengan tatapan kosong.
"Pulang sekolah kita mampir ke Warung bakso saman yuk! Kita udah lama tuh nggak kesana," ajak Lori, mencoba membuat Princess bicara.
Princess menoleh. "Iya, boleh," jawabnya terkesan pasrah.
"Abis makan, gimana kalau kita ke Taman aja?"
Princess pun kembali mengangguk.
"Kamu nggak papa, kan?" tanya Lori.
Princess kembali menoleh pada Lori. Kemudian menggelengkan kepala. "Nggak papa," jawabnya.
"Udah ngerjain PR semalem?"
Princess seketika diam, tak bereaksi apa-apa. Biasanya dia akan sangat heboh bila Lori mengingatkannya soal PR dan dia lupa mengerjakannya. Lalu mereka akan mampir ke warung mie ayam depan sekolah, dengan Lori yang mengerjakan PR itu sementara Princess akan makan.
"Mau mampir ke warung mie ayam dulu?"
"Nggak usah. Nggak papa sekali-sekali dihukum," jawab Princess tanpa semangat sedikitpun.
Lori memaksakan diri untuk tertawa meski sangat terdengar hambar. "Kamu satu-satunya orang yang aku temuin, pengen ngerasain hukuman karena nggak ngerjain PR. Aneh nggak sih?"
Princess hanya menanggapinya dengan senyum tipis.
"Tapi kamu unik, makanya aku suka."
Lagi-lagi berbentuk senyuman tipis, nyaris tak terlihat. Mata Princess tetap menatap kosong ke jalanan, ada yang dia pikirkan namun tak dibaginya pada siapapun.
Setelah mobil sampai di parkiran sekolah, Princess turun lebih dulu. Dia pun menghilangkan kebiasaan Lori membukakan pintu mobil untuknya. Dia berjalan lebih dulu, meski pelan.
Setengah berlari, Lori menyusul Princess untuk mensejajari langkah mereka. "Sekolah hari ini mendung ya," ucap Lori kemudian.
Princess menatap ke arah langit, tidak mendung sama sekali. Malah mentari pagi bersinar dengan terangnya. Barulah Princess sadar kalau Lori sedang menyindirnya. Princess pun meraih tangan Lori dan menggandengnya.
Lori tersenyum getir, tidak ada rasa senang sama sekali meski mereka bergandengan tangan. Karena dia tau Princess hanya terpaksa melakukan itu.
•✤✤••✤✤•
Di Kantin pun, Princess lebih banyak diam. Hanya Keke dan Via yang sibuk mencari bahan obrolan untuk dijadikan tawa. Sementara Lori terus saja menatap Princess yang mulai dingin kembali.
"Prins, lo sakit?" tanya Keke akhirnya.
Princess menggeleng.
"Terus kenapa? Kita udah ketawa sampe perut kram, lo datar aja. Emang nggak lucu?" tanya Keke kembali.
"Gue mau pesan minum dulu," ujar Princess sambil berdiri.
Lori menahan tangan Princess. "Biar aku aja."
Princess pun kembali duduk dan membiarkan Lori menggantikannya mengambil minum.
Via mendekatkan wajahnya untuk bisa bicara pelan. "Lo kenapa sih?"
"Iya, Prins, lo kenapa? Berantem sama Lori?" tanya Keke juga.
Princess menggeleng.
"Lah, terus kenapa?"
"Naveen tau soal hubungan gue sama Lori," Princess pun mulai bercerita.
"Loh, bukannya itu bagus? Kalian jadi nggak perlu sembunyi lagi. Iya kan?" sahut Keke dan diangguki oleh Via.
"Dia marah. Dia nggak mau ketemu gue lagi," ujar Princess dengan wajah sedih.
"Kok Naveen egois sih. Kan lo itu bukan siapa-siapa dia. Lagian bukan salah kalian berdua," protes Via.
Princess menatap kedua temannya dengan serius. "Kalian tau kan Naveen suka sama gue. Apalagi Lori itu sahabatnya. Gue ngerti kalau dia merasa kami berdua mengkhianati dia."
"Prins, nggak ada yang dikhianati di sini. Kalian pacaran setelah Naveen kita semua kira udah meninggal. Nggak ada yang salah dengan melanjutkan hidup, harusnya dia paham dong." Via merasa kalau Princess terlalu berlebihan sedih untuk Naveen.
"Gue cinta sama Naveen!" ucap Princess dengan suara tegas. "Gue..." dia diam ketika Via dan Keke memberikan kode bahwa Lori akan segera datang.
"Kok gue datang, kalian diem?" tanya Lori sambil meletakkan air mineral ke hadapan Princess.
Princess menunduk, membuka tutup botol dan minum. Sementara Keke dan Via saling lirik, berusaha mencari alasan.
"Pulang dari sini kita berdua mau ke bakso saman, kalian mau ikut nggak?" tanya Lori menawarkan. Dia sudah bisa menebak bila hanya berdua maka antara dirinya dan Princess hanya akan ada kesunyian.
"Boleh tuh!" sahut Keke. Via langsung menyikut dan memberikan kode tersembunyi. "Eh, lupa, gue kan ada les. Maaf ya gue nggak bisa," ralat Keke kembali.
"Beneran nggak mau nih kalian? Gue yang traktir," bujuk Lori.
"Kalo mereka nggak mau, kenapa harus diajak?" tanya Princess, seakan menekankan kalau Lori terlalu berusaha.
Lori pun terkekeh, "ya udah deh."
•✤✤••✤✤•
Ini yang Lori takutkan, makan berdua tapi terkesan seperti sendirian. Princess hanya akan bicara ketika ditanya. Lebih banyak melamun. Hanya tubuhnya yang bersama Lori saat ini, sementara pikirannya tertinggal di tempat lain.
"Menurut kamu, mana yang lebih enak, bakso Saman apa Bakso di kantin sekolah?" tanya Lori. Dia masih ingin bersabar, meski sakit.
"Saman," jawab Princess datar.
"Pantes makannya sampai belepotan gini di bibir, saking enaknya ya?" canda Lori sambil mengelap bibir Princess yang basah terkena kuah bakso.
"Nav, gue..." Princess memejamkan matanya, salah menyebutkan nama. Gara-gara Naveen begitu memenuhi kepalanya, dia jadi kesulitan untuk fokus.
Lori pun tersenyum, dia tak marah sama sekali. "Kangen ya sama dia?" tanyanya.
"Lor, maaf, aku nggak sengaja," ucap Princess merasa tak enak.
Lori menggeleng. "Nggak papa, aku ngerti kok. Sejak beberapa hari ini kamu diem, aku tau apa yang kamu pikirkan."
"Maafin aku..."
"Tolong berhenti minta maaf, jangan bikin aku terlihat kayak cowok yang egois banget."
Princess terdiam, menunduk.
"Naveen udah pulang ke Rumah. Kamu bisa dateng untuk jenguk dia kalau kangen. Dia nggak akan ngusir kamu kok, tenang aja."
"Lor..."
"Jangan khawatir Princess, aku nggak akan marah."
Princess pun tak bisa berkata-kata lagi, dia menggenggam erat teh botol di tangannya dengan penuh rasa bersalah.
•✤✤••✤✤•
![](https://img.wattpad.com/cover/181780199-288-k683739.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendshit (KOMPLIT)
Novela Juvenil(Bab Masih Lengkap) Mempunyai seorang sahabat yang sangat Famous di sekolah, bukanlah hal yang membanggakan bagi Princess. Malah dia merasa itu sangat menyusahkan. Setiap saat, ada saja cewek-cewek yang mengganggunya dengan menitip salam, surat, ata...