🎈Extra Part 1: Fisioterapi

16.2K 892 19
                                    

Hari ini, Naveen menjalani fisioterapi pada kakinya untuk pertama kalinya. Dia sangat bersemangat untuk bisa berjalan kembali, demi seorang gadis yang saat ini sedang menemaninya tanpa lelah sedikitpun.

Princess adalah penyemangat utama Naveen, yang membuatnya tak putus harapan sedikitpun. Karena ketika dia hampir menyerah, Princeas akan terus memompa semangatnya untuk bangkit kembali. Kepercayaan gadis itu bahwa dirinya akan sembuh, membuat Naveen tertular oleh jenis kepercayaan yang sama dan tekad kuat mewujudkannya demi Princess.

Tidak mudah, Naveen selalu jatuh tiap kali mencoba berdiri. Kedua kakinya seakan tak memiliki tulang, begitu rapuh hanya sekedar berdiri saja.

"Ayo Naveen, jangan menyerah!" ucap Princess dengan ekapresi wajah penuh semangat. Dia berdiri sekitar satu meter dari Naveen, berusaha tanpa lelah menyemangati cowok itu.

Naveen kembali mencoba, dia mencengkram alat bantu berdiri yang terbuat dari besi itu, lalu dengan kekuatan penuh mencoba berdiri. Keringat membanjiri tubuhnya, lelah rasanya mencoba sesuatu yang tidak juga membuahkan hasil. Naveen terduduk kembali, tak kuat menahan tubuhnya lebih lama.

Princess tersenyum, dia mendekati Naveen sambil mengelap peluh di kening cowok itu. "Nggak papa, ini baru hari pertama. Nggak ada orang yang langsung bisa di hari pertama belajar, kan? Kamu pun gitu," ujar Princess tetap tersenyum.

"Aku nggak yakin bisa," sahut Naveen patah semangat.

"Ehhh, nggak boleh ngomong kayak gitu. Menyerah bukanlah sifat dari seorang Naveen. Emang kamu nggak kangen sama basket kamu?"

Naveen tersenyum. Dia menarik tengkuk Princess dan mencium bibir itu sebentar. Setelah berciuman, dia bersemangat kembali.

Princess menunggu di tempat semula. Dia berdiri, memasang ekspresi penuh harap sambil sesekali berteriak histeris saat Naveen hampir bisa berdiri meski hanya beberapa detik.

"Ayo ayo ayo ayo... Ahhhh," Princess sedikit mendesah saat Naveen hampir saja berdiri sambil melepaskan tangan namun kemudian jatuh. Dia mendekati Naveen dan membantunya berdiri. "Nggak papa, kita coba lagi," bujuk Princess.

Bila Princess saja sangat bersemangat, maka tak ada alasan bagi Naveen untuk mengeluh lagi. Dia menjalani segala proses dengan sabar, entah itu melalui terapi manual seperti tadi atau dengan metode stimulasi saraf transkutan listrik. Naveen melakukan segala hal yang Dokter sarankan, apapun itu asalkan dia bisa berjalan lagi.

"Kamu pasti capek banget ya, nemenin aku seharian ini?" tanya Naveen begitu mereka telah berada di mobil dalam perjalanan pulang bersama sopir.

"Nggak, biasa aja. Malah rasanya seneng bisa punya waktu temenin kamu terapi," jawab Princess.

Naveen mengusap puncak kepala Princess dan berkata, "makasih ya, kalau nggak ada kamu mungkin aku bakal terus hidup dalam kelumpuhan. Kamu satu-satunya dorongan terbesar aku untuk sembuh."

"Sama-sama." Princess mencium pipi Naveen, lalu tersenyum.

•✤✤••✤✤•

Di Rumah, Naveen pun tetap berlatih berjalan. Meski hanya menggunakan alat seadanya, dia tetap tidak pantang menyerah. Jatuh, jatuh lagi, jatuh lagi dan jatuh lagi adalah proses yang dia jalani setiap hari.

Satu hal yang menjadi keinginan terbesar Naveen, yaitu bisa merayakan ulang tahun Princess yang ke enam belas, dalam keadaan normal.

Tok. Tok. Tok.

Naveen menoleh, mamanya tersenyum di ambang pintu sambil membawa segelas minum dan obat. "Mama yakin kamu bakalan bisa jalan secepatnya, kalau usaha kamu sekeras ini."

"Waktunya tinggal satu minggu lagi, Ma," ujar Naveen.

Mamanya mendekat, meletakkan yang dibawanya tadi ke atas meja. Lalu dia mengambil handuk kecil dan mengelap kening Naveen. "Jangan pesimis, kamu pasti bisa!"

"Makasih, Ma."

"Minum obatnya, biar makin cepat sembuh," suruh Mamanya.

Naveen sangat patuh, dia meminum obatnya secara rutin. Tidak seperti dulu, jangankan Terapi, obat saja dibuangnya. Karena dulu Naveen merasa tidak ada gunanya lagi dia hidup lantaran Princess telah bersama Lori.

"Ma, kado buat Princess yang Naveen minta tolong sama Mama kemaren udah dipesan?" tanya Naveen ketika ingat tentang itu.

"Udah dong. Mama udah pesan sesuai dengan keinginan kamu. Tanpa ada kesalahan sedikit pun," jawab Mamanya.

"Tepat waktu kan, Ma?"

"Tenang aja, Mama belum bayar. Jadi Mama yakin mereka akan menyelesaikannya tepat waktu demi bayaran."

Naveen merasa lega mendengarnya, dia memeluk Mamanya dan mengucapkan terima kasih.

"Ya sudah, kamu lanjutkan aja. Kalau ada apa-apa, panggil Mama."

"Iya Ma."

Setelah Mamanya pergi, Naveen pun kembali berlatih. Untuk membuatnya tak cepat bosan, dia menyalakan musik beat dengan keras untuk memompa semangatnya.

"Ayo Naveen, lo pasti bisa! Demi Princess!"

•✤✤••✤✤•

Friendshit (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang