Kisah (12)

11.6K 974 697
                                    

Langkah Galant begitu brutal mengikuti brankar yang membawa tubuh adiknya melewati lorong panjang rumah sakit. Tangannya menggenggam erat jemari anak itu, sembari menggumamkan namanya berkali-kali. Sebelum akhirnya kehadirannya harus ditolak tepat di depan pintu ruang ICU dan genggaman tangannya pun terlepas begitu saja.

Dengan berat hati, Galant melepas sosok itu menghilang bersama beberapa petugas medis lainnya. Menyisakan dirinya yang kini membeku di depan pintu yang baru saja ditutup rapat dari dalam. Pekat matanya menatap nanar ke depan, sedetik kemudian pandangannya kembali buram. Desakan air dari dalam meronta untuk keluar dan Galant tidak ingin menahannya. Dia biarkan tangisnya kembali pecah mengisi sunyi di sana. Sementara tubuhnya perlahan luruh, jatuh berlutut di atas lantai.

Galant masih ingat betul kejadian mengerikan yang beberapa saat lalu terekam jelas oleh penglihatannya. Dia ada di sana, kurang dari seratus meter jaraknya dari lokasi kejadian. Matanya melihat jelas bagaimana mobil pick up yang melaju ugal-ugalan dari arah kiri itu menerjang sepeda motor yang membawa adiknya. Padahal Galant tahu, lampu lalu lintas baru saja berganti warna. Seharusnya mobil itu berhenti, bukan malah menerjangnya begitu saja dan berakhir dengan mengorbankan pengendara lain di sekitar sana.

Galant marah sekali, rasanya ingin berteriak sekencang-kencangnya saat itu, tapi ketika melihat orang-orang mulai turun ke jalanan, saat itu pula Galant sadar. Ada yang lebih penting yang harus ia lakukan. Dengan cepat dia keluar dari mobil, lalu menghambur menuju kerumunan yang mulai ramai.

Galant seperti kehilangan akal sehatnya tepat ketika matanya menangkap tubuh Karel terkapar di atas aspal dengan darah tercecer dimana-mana. Aroma anyir menguar, membuat dadanya sesak. Namun, yang lebih menyakitkan bagi Galant adalah ketika dia melihat adiknya kesakitan di tengah pelukan hawa dingin malam itu. Tanpa pikir panjang Galant maju, meraih tubuh anak itu dan mendekapnya. Sambil menangis kencang, sambil memanggil-manggil namanya dengan brutal. Sampai beberapa menit kemudian ambulans datang dan anak itu segera mendapat pertolongan. Pun pengemudi ojek yang juga terluka parah setelah menghantam aspal.

Kini Galant terpaku, menatap kedua tangannya yang masih berlumuran darah. Dia tidak terluka sedikitpun, tapi kenapa rasanya sakit sekali? Tubuhnya tidak menerima goresan apapun, tapi kenapa rasanya dia seperti akan mati?

Galant masih menangis sembari memukul-mukul dadanya sendiri. Di sana sesak sekali. Rasanya seperti ada batu besar yang menghimpit. Sakit. Galant bahkan tidak bisa lagi mengeluarkan isakannya. Hanya air matanya yang masih terus jatuh, tanpa suara, dan hal itu justru semakin menyakitinya.

Galant bersumpah, dia pernah merasakan sakit, tapi tidak pernah sesakit ini sebelumnya.

Suara langkah kaki orang-orang terdengar di kejauhan, menyatu dengan gesekan roda-roda brankar yang bergerak kasar. Lalu arah pandang Galant kembali tertuju pada pintu di hadapannya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Galant menghantarkan tubuh Karel masuk ke sana. Dua tahun yang lalu, ruang itu terasa begitu mencekam untuknya. Dan hari ini pun sama. Galant pikir, hari itu akan benar-benar menjadi yang terakhir. Tapi ternyata, hari ini, dia harus kembali melihat tubuh adiknya menghilang di dalam sana, dengan kondisi yang jauh lebih parah dari sebelumnya.

Galant ketakutan. Benar-benar ketakutan.

Dari jauh, Galant bisa mendengar langkah seseorang mendekat. Kemudian Rega muncul dengan wajah kelewat cemas, ikut berjongkok di hadapannya. Galant mendongak, dan tangisnya kembali pecah saat matanya bertemu dengan milik Rega.

"Ga.." Galant bahkan sudah kesulitan bicara. Dia menghentikan panggilannya begitu saja lantas kembali menunduk, membiarkan air matanya jatuh.

Melihat itu, Rega maju dan menarik tubuh Galant mendekat. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi saat tak sengaja melihat tubuh Karel didorong dengan brankar melewati koridor rumah sakit tadi, Rega mulai bisa menafsirkan sendiri. Dia bertanya pada petugas medis yang membawa Karel, lalu segera melesat ke dalam setelah mendapat informasi.

KARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang