04. DELTA

45.2K 3.4K 238
                                    


Terkadang orang tua bersikap tidak adil pada anak mereka. Mereka memberikan sayap untuk anaknya terbang, namun mereka sendiri yang mematahkan sayap itu pada akhirnya.

-Undefinable-

Dulu Shafa merasa hidupnya sangat beruntung karena dilahirkan dalam keluarga yang sangat harmonis meskipun dalam kondisi ekonomi yang sederhana. Ia merasa cukup dengan kehadiran Ayah dan Bunda disisinya sebagai perisai untuk melindunginya.

     Shafa sangat ingat saat dirinya menduduki bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Shafa menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya yang notabene-nya dari anak orang berada. Saat itu, Shafa sama sekali tidak memiliki teman. Semua orang menjauhinya karena takut ikut-ikutan menjadi korban bullying. Pulang sekolah, Shafa selalu menangis di pelukan Bunda, menceritakan semua masalah yang dialaminya di sekolah. Bunda hanya tersenyum mendengarkannya.

     Kata Bunda, Shafa harus kuat. Sering dibully bukan berarti kita mati. Tidak punya teman, tidak apa-apa. Shafa masih punya orangtua yang menemaninya ketika di rumah. Hubungan dengan teman bisa saja terputus ketika ada masalah, tapi dengan orangtua? Sebesar apapun masalah yang terjadi, ikatan antara orangtua dan anak tidak bisa terputus.

     Ayah Shafa seorang pegawai rendahan di sebuah perusahaan. Setiap pulang kerja, Ayah selalu membawakan mainan untuk Shafa. Memberikan semangat dan ucapan selamat tidur pada Shafa layaknya seorang Ayah pada umumnya.

     Pada kenyataannya, kata-kata penyemangat saja tidak cukup. Pada saat kelas 6 Sekolah Dasar, Shafa dipindahkan dari sekolahnya karena tidak sengaja mendorong anak perempuan yang selalu membully-nya, padahal saat itu Shafa hanya ingin melakukan perlindungan diri karena anak perempuan itu ingin menyiramnya dengan air susu kemasan. Tapi apalah daya, yang ber-uang akan selalu menang. Bukan hanya dipindahkan dari sekolah, tapi Shafa juga pindah dari rumahnya yang lama ke rumah baru yang ukurannya lebih kecil.

     Di sekolahnya yang baru, Shafa mendapatkan banyak teman. Karena Shafa adalah anak yang periang, semua anak dikelasnya menyukainya. Ada dua anak laki-laki yang selalu murung di kelasnya yang setiap tanggal 14 selalu tidak hadir ke sekolah. Pada awal saat Shafa pindah ke sekolah dasar itu, kedua anak laki-laki itu duduk sendiri-sendiri dan di belakang barisan mereka terdapat dua buah tempat duduk kosong. Shafa ingin duduk disana, namun kedua anak laki-laki itu mencegahnya. "Jangan duduk disana!" teriak salah satu anak laki-laki itu.

     "K-kenapa?" tanya Shafa.

     "Gak kenapa-kenapa. Kalo kamu mau duduk, di samping aku juga ada tempat kosong. Kamu boleh duduk disana." sahut anak laki-laki yang lainnya. Shafa menurutinya, anak laki-laki pemurung itu akhirnya menjadi teman sebangkunya.

     "Nama kamu siapa?" Shafa kecil penasaran, karena anak laki-laki itu tak kunjung memperkenalkan dirinya.

     "Fabian," balasnya singkat.

     "Aku panggil Bian aja, boleh ya?"

     "Hm."

     "Kamu tinggal dimana, Bian?"

     "Kita tetangga."

     "Wah, hebat. Nanti kita berangkat ke sekolah sama-sama ya?"

     "Hm."

UndefinableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang