“Lo itu udah gue klaim sebagai jodoh gue. Kalo lo nolak, nggak papa. Biar jaran goyang yang ngambil alih semuanya.”
-Undefinable-
"Pelanggan nomer delapan puluh satu. Pesanannya sudah siap, silahkan di ambil." ucap Shafa setengah berteriak. Ia memegang dua gelas plastik dengan logo 2D Omnivora Cafe berisi thai tea pesanan pelanggan.
Seorang anak perempuan memakai seragam SMP datang menghampiri Shafa untuk mengambil pesanannya. Ia meletakkan selembar uang berwarna biru di hadapan Shafa, "Kak, baru kerja disini ya? Gue baru liat."
Shafa tersenyum dan mengangguk.
"Gue pelanggan tetap di kafe ini loh, kak." ucap anak perempuan itu.
"Oh ya? Bagus kalo gitu, jangan pindah tongkrongan ya." balas Shafa sambil terkekeh.
Anak perempuan itu mengangguk mantap, "Gak bakal. Pemilik kafe ini ganteng banget, makanya gue sering nongkrong di kafe ini. Biasanya jam segini dia datang kesini."
Shafa tertawa. "Masa sih?"
"Iya kak. Lo nggak tau aja, coba kalo lo liat langsung orangnya. Lo bakal naksir sama dia, Kak." ucap anak perempuan itu memelankan suaranya. "Tapi sayangnya, dia udah punya pacar." Setelah mengatakan itu, anak perempuan itu berjalan menghampiri temannya di meja nomor 81 yang terletak di sebelah kiri, samping jendela.
Shafa tersenyum sinis sambil membatin. Lo nggak tau aja, Daniel si pemilik kafe yang lo bilang ganteng itu mantan gue tau!
"Ngapain senyum-senyum najis kayak gitu, Fa? Kesambet ya?" tanya gadis di sebelah Shafa.
Namanya Cella, pekerja paruh waktu yang lebih dulu bekerja disini dibandingkan Shafa yang baru hari ini. Mereka baru berkenalan satu jam yang lalu, tapi sudah akrab seperti berteman sangat lama.
Shafa mengangguk, "Iya, kesambet bayangan mantan."
"Lah, dasar. Ganti baju gih, ini waktunya lo bertukar shift sama gue." ujar Cella.
Shafa mengangkat sebelah alisnya, "Kok gue kerjanya bentar banget? Perasaan ini belum sampe dua jam."
Cella menggeleng, "Mana gue tau, bos Daniel yang bilang gitu. Lo di istimewain banget. Ada hubungan ya lo?"
Shafa menepuk pelan lengan Cella, "Jaga omongan lo, Cel. Daniel punya pacar, enak aja nuduh gue punya hubungan sama dia." bantah Shafa. Meskipun dulu pernah.
"Panggil dia Bos, jangan nama doang. Kalo ketahuan, bisa di-PHK lo!"
"Bodo amat," sahut Shafa. "Yaudah, gue balik duluan ya, Bye! Cellangkangan!"
"Kampret lo, Fa!"
Shafa mengganti pakaian kerjanya dengan seragam sekolahnya di ruang ganti yang memang sediakan khusus untuk karyawan di kafe ini. Tadi, setelah bel pulang sekolah berbunyi, Shafa langsung keluar kelas dan pergi ke tempat ini dengan menaiki angkot. Fabian menawarkan tumpangan, namun Shafa menolaknya.
Ponsel Shafa bergetar. Ia segera membukanya. Ternyata itu adalah pesan dari Daniel.
Daniel :
Jangan pulang dulu. Gue mau nepatin janji. Lo mau dikenalin sama pacar gue kan?Shafa menelan salivanya. Sanggupkah Shafa melihat pacar baru Daniel? Ah, masa bodo. Shafa kan sudah move on, pastinya Shafa sanggup. Ia mengetik balasan untuk pesan itu, namun pesan dari Daniel kembali membuat ponselnya bergetar.
Daniel :
Gue di meja no.55 lantai dua. Lngsung kesini aja, FaShafa bercermin pada kaca besar dihadapannya. "Astaga, kucel banget muka gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Teen FictionShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...