27. VINGT-SEPT

25.5K 1.7K 61
                                    



Di dunia ini ada banyak orang yang berpura-pura baik. Sepuluh orang, dua puluh wajah. Masing-masing dari mereka bermuka dua, bisa saja lebih. Jadi, berpikir baik-baik sebelum memilih siapa yang pantas di jadikan teman.

-Undefinable-

"Mie ayam satu, udah. Nasi goreng satu, udah. Batagor dua piring, udah. Gorengan beli dua ribu ngambil 3, udah. Minumnya es jeruk tiga gelas. Yang kurang apa lagi ya?" tanya Shafa sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke bibir ranumnya-sambil melihat ke arah makanan di hadapannya.

Caca dan Arsen melongo di tempat. Meja kantin dengan ukuran sebesar ini sudah dipenuhi dengan makanan milik Shafa, tapi cewek itu masih bertanya apa yang kurang?

"Ini mah namanya kelebihan, Fa. Laper apa doyan sih lo?" ujar Arsen.

"Astaga, Fa. Jaga image dikit kek. Ini kantin woy, banyak anak-anak yang ngeliatin lo. Gak malu ya makan sebanyak ini?" tambah Caca menimpali.

Shafa nyengir lebar, menampakkan deretan giginya yang rapi. "Kata Bian, belanja yang banyak."

Caca mendengus, "Tapi gak harus sebanyak ini juga, Shafa."

Arsen memasukkan sebiji cilok ke mulutnya lalu bergumam, "Iya, Fa. Harusnya yang makan banyak kayak gini tuh si Caca. Biar badannya gak kerempeng-kerempeng amat."

"Ngatain gue kerempeng?!" tanya Caca, kesal.

Arsen mengangguk dengan santainya, "Gue nggak ngatain, cuma gue mau bersikap jujur aja sama lo, Ca. Eh, sayang." sahutnya sambil menaikturunkan kedua alis, "Awwwgila anjir sakit banget." ringis Arsen ketika kakinya di injak dengan keras oleh Caca.

Caca tertawa puas, "Rasain."

"Kecoa gue sama lo, Ca. Belom nikah aja udah KDRT. Selow dong, Ca. Kita despacito aja mainnya gak usah cepet-cepet." racau Arsen.

Caca berdecak, "Ngomong sekali lagi gue jahit itu mulut!"

Arsen menutup mulutnya. Diam untuk beberapa detik, namun di detik kesekian ia kembali meracau, "Eh, ngomong-ngomong soal kecoa.. Lo berdua pernah mikir gak?"

Shafa dan Caca saling tatap kemudian menggeleng, "Mikir apa?" tanya keduanya.

"Udah gue duga. Cuma orang-orang memiliki IQ tinggi yang bisa mikir sampe sini," Arsen mengangkat dagunya, membanggakan apa yang seharusnya tidak di banggakan. "Di era globalisasi sekarang ini, banyak makhluk bernama manusia membenci hewan bernama kecoa."

"Perasaan gue nggak enak kalo Arsen udah ngomong gini," celetuk Shafa kemudian menyendok mie ayam ke mulutnya.

"Sama, Fa." ujar Caca.

"Dengerin dulu dong. Gue lagi bicara fakta nih," kekeuh Arsen. "Coba ngaku sama gue, lo berdua benci sama kecoa kan?"

Shafa dan Caca mengangguk.

"Pernah bunuh kecoa gak?"

Caca mengangguk, "Pernah."

"Gue gak pernah sih. Soalnya kalo ada kecoa, kecoa nya langsung di buang sama Fabian." tambah Shafa. "Eh, bener gak sih kecoa nya dibuang? Ato jangan-jangan kecoanya dimakan sama Bian??" paniknya.

UndefinableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang