“Di dunia ini, lo bisa memilih cewek mana aja yang lo inginkan. Hanya saja, bukan lo yang mereka inginkan.”
-Undefinable-
"Tau nggak, kenapa tayo warnanya biru?" tanya Arsen membuat keributan di tempat duduk paling pojok pada kafe itu. Melihat tampang teman-temannya yang tampak cengo, Arsen tergelak, "Karena kalo warna kuning, namanya bukan tayo lagi. Tapi tayi!" jawabnya sendiri.
Fabian menoyor kepala Arsen, "Jorok banget lo cahyanto!"
"Sakit bang, sakit." ringis Arsen. "Gue punya satu pertanyaan lagi buat lo pada."
Shafa memutar bola matanya malas, "Sepuluh menit yang lalu lo juga bilang gitu, nggak ada abisnya tuh pertanyaan."
"Dia kan nggak waras, Fa." timpal Caca.
Arsen nyengir, "Menurut kalian, kalo minum susu hilo bisa bikin tinggi. Minum susu prenagen bisa bikin hamil gak?"
"Ya lo coba tanya aja ke pabriknya bangsat!" geram Fabian.
"Gak ngotak!" sungut Caca sambil melempar garpu tepat dikepala Arsen.
"Caca marica hei hei galak banget sih. Gue jadi tambah cinta." kekeh Arsen, "Ini beneran pertanyaan terakhir, khusus buat Caca. Jawab yang bener ya, Ca."
"Apasih, Sen. Males ah," sahut Caca.
"Rulesnya gini ya, kalo gue ngasih pertanyaan, lo harus jawab hari sumpah pemuda." ujar Arsen.
"Lah si bego. Ngapain ngasih pertanyaan kalo jawabannya lo kasih tau duluan. Dodol emang," celetuk Fabian.
"Eh, gue nanya Caca ya bukan nanya Bambang." Arsen menyela, "Ca, dua puluh delapan oktober adalah hari apa?" tanyanya sambil menaikturunkan alis.
Dengan malas, Caca menyahut, "Hari sumpah pemuda."
"Kalo hari ini adalah hari apa Ca? Lo tau nggak?" tanya Arsen lagi.
Arsen ini maunya apa sih?! Caca mendengus sebal, "Nggak tau!"
"Kalo gitu, biar gue kasih tau," Arsen berdehem, "Hari ini adalah hari sumpah ku mencintaimu sungguh ku gila karnamu sumpah mati hatiku untukmu." lanjutnya sambil menyanyikan lagu salah satu penyanyi di Indonesia.
"Alah, bucin." komentar Fabian sambil membuat gerakan ingin muntah. "Semua cewek aja lo sepikin, buaya."
Arsen tersenyum bangga, "Nggak ada salahnya nyepikin cewek. Di dunia ini, lo bisa memilih cewek mana aja yang lo inginkan. Hanya saja, bukan lo yang mereka inginkan."
"Miris banget, gombalan lo nggak ada peningkatan, Sen." Shafa turut berkomentar.
Sementara Caca hanya diam, malas berkomentar. Ia sibuk mengondisikan pipinya yang entah kenapa tiba-tiba muncul rona merah. Caca blushing gara-gara disepikin sama buaya darat macam Arsen? Eh?!
"Fa, tadi lo jadi belajar sama Arash?" tanya Caca, mengalihkan suasana.
Fabian dan Arsen turut menatap Shafa, menantikan jawaban dari cewek itu. Shafa tiba-tiba mengerucutkan bibirnya, "Arash ngebosenin banget. Obrolannya cuma seputar integral kenapa bisa disebut antiturunan, integral tak tentu, integral tak tentu, penggunaan integral. Gue sampe bosen dengernya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Teen FictionShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...