09. INDIA

35.6K 2.3K 55
                                    


Karena Fabian satu-satunya. Tetangga limited edition yang diciptakan khusus buat Princess Shafa.

-Undefinable-

Shafa menatap cowok yang sedang sibuk membaca bukunya di meja perpustakaan. Kalau bukan karena Fabian yang menyuruhnya untuk menyelidiki kasus ini, Shafa sangat malas pergi ke tempat yang dipenuhi dengan buku-buku lama ini.

     Aroma khas buku, Shafa tidak suka itu. Entah berapa kali sudah Shafa bersin karenanya. Tidak ingin berlama-lama di dekat rak buku, Shafa memilih duduk di kursi yang terletak di hadapan Arash. "Hai," Shafa menyapa Arash dengan senyumannya.

     Arash mengalihkan tatapannya dari buku yang ia baca, lalu menatap heran Shafa, "Tumben banget lo ada di perpus. Kesambet apaan, Fa?" tanya Arash sambil terkekeh.

     Shafa nyengir, "Gue mau tobat."

     Arash semakin dibuat bingung dengan tingkah aneh Shafa, "Tobat apanya maksud lo?"

     "A—anu, Rash. Gue pengen serius belajar sekarang. Tapi gue gak ngerti sama sekali apa yang diterangin guru di kelas," Shafa menarik nafasnya, "Jadi, gue mau belajar sama lo. Bantuin gue ya?" lanjutnya dengan tampang memelas.

     Dalam hati, Shafa merutuki dirinya sendiri. Shafa itu pemalas, apalagi urusan belajar. Lalu kenapa mulutnya tadi berbicara bahwa ia ingin belajar dengan Arash? Hadeuh, bencana besar bagi Shafa.

     Arash tertegun, "Serius lo mau belajar?"
     Shafa mengangguk ragu, "Ya-, serius lah!"
     "Oke, gue mau bantu lo." Arash tersenyum tipis, "Pelajaran yang menurut lo susah apa aja, Fa?"

     Shafa terlihat berpikir, "Nggak banyak sih. Pelajaran yang menurut gue susah itu cuma Matematika, Kimia, Fisika, Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, Geografi, PKN, Bahasa Indonesia, Seni Budaya, Prakarya, sama—"

     "Ya itu sih artinya lo kesusahan semuanya, Fa," potong Arash, ia menggelengkan kepalanya.

     "Nggak kok, Rash. Nilai gue bagus di pelajaran Bahasa Inggris."

     "Itu doang?"

     Lagi-lagi Shafa nyengir, "Iya, itu doang. Kebanggaan tersendiri. Kalo Bahasa Inggris sih enteng buat gue."

     Dasar Shafa.

     "Lo jadi kerja di kafe milik Daniel sama sodaranya kan? Dapat shift hari apa aja?" tanya Arash.

     "Gue kerja cuma dua kali seminggu, pada hari Senin dan Selasa, jam pulang sekolah. Daniel mentolerir karena status gue masih pelajar," sahut Shafa panjang lebar.

     Arash terkekeh, "Ada untungnya juga kan, kerja di kafe milik mantan?"

     "Ish, apaan sih," sebal Shafa.

     "Lo punya waktu luang pas pulang sekolah hari apa aja?" tanya Arash lagi.

     "Jum'at sama Sabtu aja sih. Soalnya kalo Rabu sama Kamis, gue latihan khusus renang. Kalo hari Minggu, gue sibuk quality time sama kasur gue."

     Arash terdiam sejenak, kata renang sangat berpengaruh untuknya, "Kalo gitu, khusus hari Sabtu, lo bisa luangin waktu buat belajar sama gue?"

UndefinableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang