08. HOTEL

36K 2.3K 139
                                    


Bisa saja, pelaku berasal dari seorang yang tak disangka-sangka.

-Undefinable-

Siluet bayangan seseorang mengenakan hoodie berwarna hitam dengan penutup kepala di seberang Fabian membuat Fabian termangu, "Lo siapa?" tanya Fabian. Matanya tak henti-henti meneliti siapa kira-kira orang dibalik hoodie itu.

     Orang itu tak kunjung bersuara. Fabian mencoba mendekat, hingga tangannya menyentuh pundak orang itu. Orang itu menjatuhkan sesuatu yang membuat Fabian salah fokus.

     Sialnya, orang dibalik hoodie itu berhasil melarikan diri.

     Fabian mengacak rambutnya gusar. "Kenapa gue bisa salah fokus sih?!" ia berjongkok untuk mengambil benda yang sengaja dijatuhkan orang tadi. Ternyata itu adalah sebuah name tag. Namun sepertinya itu bukan name tag resmi sekolah, karena bros dibalik name tag itu seperti ditempel menggunakan lem biasa.


     Kening Fabian semakin berkerut ketika membaca tulisan di name tag itu.

     Student A

     "Siapa Student A?" gumam Fabian entah pada siapa. Setelah menimang-nimang keputusan, ia memasukkan name tag itu ke dalam saku celananya, berharap setelah ini ia dapat menemukan orang kurang kerjaan yang menjadi pelaku teror.

     Fabian berjalan keluar gedung olahraga. Malam semakin larut dan besok Fabian juga harus sekolah, maka dari itu ia memutuskan untuk pulang. Ketika Fabian memutar kunci untuk menghidupkan mesin motornya, cahaya menyorot tepat ke wajahnya, membuat Fabian menutupi wajahnya karena silau.

     "Loh? Den Fabian? Ngapain ke sini malam-malam?"

     Suara yang sangat familiar​ itu membuat Fabian turun dari motornya, menghampiri pria berkumis tebal yang tadi menyorot wajahnya dengan lampu senter, "Saya ke sini mau ngecek sesuatu, Pak."

     Pria berkumis tebal itu adalah Mang Sapri, satpam penjaga sekolah yang hanya bertugas di malam hari. Tapi Fabian lebih terbiasa memanggil Mang Sapri dengan sebutan Bapak.

     "Ngecek sesuatu apa, Den? Murid disini nggak boleh keluyuran disekolah pada waktu malam, apalagi sudah selarut ini. Kalau terjadi apa-apa, Den Fabian bisa kena tuduh." jelas Mang Sapri.

     "Kenapa, Pak?" tanya seseorang yang baru datang, di belakang Mang Sapri.
     Fabian menatap seseorang itu dengan tatapan tak terbaca.

     Mang Sapri menoleh, "Oh, Den Arash. Begini, Den Fabian datang ke sekolah malam-malam seperti ini, katanya mau ngecek sesuatu."

     "Kata Bapak, murid nggak boleh keluyuran di sekolah waktu malam. Lalu kenapa orang ini bisa ada disini, Pak?" tanya Fabian menatap Arash dengan tatapan tak suka.

     "Gue nemenin Mang Sapri patroli," balas Arash cepat. Tatapannya sama seperti biasa, datar.

     "Bener, Den Fabian. Den Arash bantuin saya patroli. Soalnya belakangan ini banyak aset sekolah yang rusak, seperti kaca jendela kelas yang pecah malam kemarin," balas Mang Sapri menimpali.

     Fabian mengangguk, tapi tatapan tajamnya masih ditujukan untuk Arash.

     "Den Fabian sebaiknya pulang,"

UndefinableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang