24. XRAY

25.5K 1.9K 23
                                    



Kau tau? Apa yang di butuhkan seseorang yang mudah rapuh ketika mereka bersedih? Jawabannya sederhana; pendengar yang baik.

-Undefinable-

Sekitar pukul delapan malam, Fabian mengantar Shafa ke rumahnya. Shafa masih syok dengan banyak kejadian yang ia alami hari ini. Tadinya Shafa tidak mau pulang dan ingin menginap di rumah Fabian. Karena dengan Fabian, Shafa merasa aman. Tapi Fabian tidak mengizinkan. Di ruang tengah rumah Shafa ada Bunda dan Ayah Shafa yang sedang berbincang-bincang, sementara Rafa sedang bermain mobil-mobilan di atas karpet.

"Assalamualaikum Bund, Yah." Fabian mengucap salam. Ia memang terbiasa memanggil orangtua Shafa dengan sebutan Ayah dan Bunda.

"Walaikumsalam," Kanaya dan Tio menoleh dan menatap dengan penuh tanda tanya pada Fabian yang tengah membopong tubuh Shafa. "Loh, Bian. Shafa kenapa?" tanya Bunda lalu berjalan menghampiri mereka.

"Shafa sakit, Bunda." sahut Fabian. Ia tak ingin menyampaikan alasan kenapa Shafa bisa sakit pada orang tuanya sekarang.

Melihat wajah putrinya yang begitu pucat, membuat Kanaya mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi putrinya itu. Namun dengan cepat di tepis oleh Shafa.

"Shafa mau istirahat." ujar Shafa, dingin.

"Biar gue anter lo ke atas."

Sebelum mengantar Shafa ke kamarnya, Fabian mengangguk pada orangtua Shafa yang sedang menatapnya meminta penjelasan. Fabian akan bicara pada mereka nanti disaat Shafa sudah tertidur. Yang Fabian sangat tau, Shafa tidak suka jika Fabian membicarakan tentang Shafa pada orang tuanya.

Tiba di kamar, Shafa langsung berbaring di kasurnya. Fabian memakaikan selimut untuk Shafa. "Gue pulang dulu, Fa."

Shafa menarik pergelangan tangan Fabian, "Disini dulu." ia menatap dengan penuh harap, "Sebentar aja."

Fabian tersenyum tipis, "Oke."

Fabian duduk di sofa yang terletak di samping jendela. Keadaan menjadi hening. Fabian tau, Shafa menyuruhnya untuk tetap disini karena ada yang ingin ia bicarakan. Shafa butuh sosok orang sebagai pendengar yang baik untuk menceritakan keluh kesahnya, dan Fabian bersedia menjadi sosok itu.

Fabian melihat-lihat ke arah tembok. Disana banyak terpajang foto-foto Shafa sewaktu kecil. Fabian tersenyum tipis sambil menunjuk salah satu foto.

"Lo inget, Fa? Ini gue yang fotoin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo inget, Fa? Ini gue yang fotoin. Waktu itu sekolah kita ngadain piknik, tapi bis yang kita tumpangi malah mogok di tengah jalan. Semua orang lagi panik. Tapi lo malah jingkrak-jingkrak minta fotoin ke gue. Waktu itu gue masih pake hape yang tombolnya banyak, Haha."

Shafa hanya diam. Ia ingat

Fabian kembali melihat-lihat deretan foto Shafa sewaktu kecil, di saat sebelum Fabian mengenalnya.

UndefinableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang