“Bisakah kita berteman dengan mantan tanpa melibatkan perasaan?”
-Undefinable-
Daniel menatap Shafa sambil tersenyum. Ini adalah pertama kalinya mereka bicara baik-baik setelah sekian lamanya. Kelakuan cewek di hadapannya tidak berubah total, ia tetap menjadi Shafa yang unik. Hanya saja sekarang sikap Shafa terhadapnya menjadi judes karena kejadian setahun yang lalu.
"Fa, baikan sama gue ya? Temenan sama mantan nggak ada salahnya kok," ucap Daniel tiba-tiba yang berhasil membuat Shafa tersedak.
Daniel segera menyerahkan air minum miliknya, "Kalo minum hati-hati. Gue cuma ngajak baikan, tapi lo udah tersedak aja. Gimana kalo gue ajak balikan? Bisa-bisa ini gelas ketelen sama lo, Fa," celetuknya.Shafa mendengus sebal, "Apaan sih lo! Gue nggak mau ya balikan sama lo!"
"Udah gue bilang, kan. Gue cuma ngajak baikan, bukan balikan," sahut Daniel. "Lagian gue udah punya pacar di kampus gue, Fa," lanjutnya.
Shafa terdiam. Oh, jadi Daniel sudah punya pacar? Shafa bahkan belum pernah pacaran lagi semenjak putus dengan Daniel. Lalu kenapa Shafa memikirkan hal ini sekarang? Bukannya Shafa udah move on?
Shafa menggigit bibir bawahnya lalu berucap, "Oh, bagus deh kalo lo udah punya pacar. Semoga langgeng,"
"Aamiin, Fa. Gue yakin, doa dari cewek jomblo kayak lo bakal ter-ijabah." Daniel menadahkan tangannya.
Shafa menepuk pundak Daniel dengan keras, "Gue single bukan jomblo!"
"Sama aja, Fa," sahut Daniel. "Jadi, gimana? Mau nggak baikan sama gue? Gue nggak mau musuhan sama mantan, Fa. Kelihatannya kayak kekanak-kanakan banget."
Shafa terlihat berpikir. Hatinya sempat bergetar ketika mengetahui Daniel sudah memiliki pacar. Ada apa ini? Kalau dipikir-pikir, selama ini Shafa juga capek menganggap Daniel adalah musuhnya. Shafa mulai memikirkan hubungan sebab akibat jika dirinya berbaikan dengan Daniel. Apa mungkin Shafa bisa berteman dengan mantan tanpa melibatkan perasaan?
"Oke, kita baikan," sahut Shafa spontan membuat Daniel sedikit tak percaya. "Tapi gue punya tiga permintaan," lanjutnya lagi.
"Permintaan apa, Fa?"
Shafa menarik nafas dalam-dalam, "Pertama, gue pengen dikenalin sama pacar lo."
Daniel mengangkat satu alisnya. "Itu doang? Permintaan kedua sama ketiga apa?"
"Permintaan kedua dan ketiga masih gue pikirin," sahut Shafa. "Gimana?"
"Deal."
Sejenak, terjadi keheningan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga Daniel kembali bersuara, "Kok lo ngelamar kerja paruh waktu kayak gini sih, Fa? Ini bukan lo banget, padahal," gumamnya.
Shafa menghela nafas gusar, "Jadi anak pertama emang susah. Makanya gue pengen jadi anak mandiri."
Anak mandiri? Ingin rasanya Shafa tertawa, menertawakan dirinya sendiri. Anak mandiri seperti apa yang dimaksud Shafa? Bahkan hingga sekarang dirinya selalu bergantung dengan Fabian, tetangga yang mengaku memelihara anjing. Ah, ngomong-ngomong soal Fabian, cowok itu sedang apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Teen FictionShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...