“Faktanya, kebanyakan cowok emang lebih tertarik sama cewek yang gendut. Dadanya.”
-Undefinable-
Suasana di area kolam renang mendadak sepi. Padahal hari ini adalah jadwal latihan. Karena pelatih renang SMA Adhyastha yang tiba-tiba tidak bisa datang dikarenakan sedang berada di luar kota, ekstrakurikuler renang hari ini diliburkan.
Sebagian anggota mungkin menganggap ini suatu keberuntungan karena mereka bisa beristirahat di rumah. Tapi tidak dengan Shafa, ia justru uring-uringan karena hal itu.
Saat ini Shafa sedang berada di tepi kolam renang lengkap dengan seragam putih abu-abu yang masih melekat di tubuhnya. Ujung kaki hingga lutut ia masukkan ke dalam air, jari-jari kakinya bermain disana.
Di samping kolam renang terdapat loker untuk penyimpanan barang milik anggota klub renang. Fabian, Arsen dan Caca sedang bersandar disana sambil menatap Shafa yang dari sekitar setengah jam lalu tak kunjung berhenti merendam kakinya di air.
Jika kalian bertanya bagaimana bisa mereka berada di area kolam renang di saat ekstrakurikuler renang sedang di liburkan? Fabian tersenyum jahil, kunci ajaibnya berguna disaat-saat seperti ini. Setelah pengumuman dari guru pembimbing yang menyatakan bahwa hari ini ekskul renang di liburkan, Shafa adalah orang pertama yang menyatakan protes. Ia ingin latihan seperti biasanya. Tapi alasan dari pelatih membuat Shafa tak bisa berkutik.
Demi mewujudkan keinginan Shafa. Fabian menggunakan kunci ajaib serbaguna miliknya untuk membuka gedung olahraga. Arsen dan Caca yang bukan merupakan anggota klub renang juga ikut masuk ke area kolam renang dengan alasan tidak punya kerjaan.
Arsen menepuk pundak Fabian, "Sampe kapan Shafa kayak gitu? Dia nggak takut kena kutu air?"
Pertanyaan itu lolos dari mulut Arsen ketika dirinya merasa jengah melihat Shafa dari tadi merendam kakinya di air kolam. Fabian menghendikkan bahunya, "Nggak bakal. Gue pernah nungguin Shafa kayak gini sampe dua jam. Biarin aja dia dulu. Lagian, Shafa suka sama aroma air kolam."
Arsen melotot, "Nggak bermutu. Ngapain suka sama aroma air kolam? Bisa aja, itu air udah bercampur sama kencing orang."
Caca menoyor kepala Arsen, "Kencing lo kali, Sen."
"Hehe, Caca. Tau aja." sahut Arsen. Tangannya merangkul pundak Caca.
"Singkirin tangan lo sekarang atau gue patahin?"
Arsen segera menyingkirkan tangannya dari pundak cewek berambut pirang alami itu, "Duh, Caca. Kalo lagi marah tambah cantik aja."
"Apaan sih!"
"Ca, lo tau gak perbedaan antara lo sama kolam renang?"
Caca menghendikkan bahunya. Malas peduli dengan ocehan Arsen. Lagian, siapa yang tertarik dengan cowok buaya plus nggak waras kayak Arsen? Kalau ada, pasti bukan Caca orangnya.
Arsen berdehem, "Kolam renang untuk gue renangi, sementara lo, untuk gue nikmati. Muehehe."
Caca melotot, "Boleh nggak sih gue bunuh lo sekarang?"
"Nggak boleh," Arsen menggeleng, "Kalau bukan ayah yang nganterin." cengirnya.
Saat itu juga, Caca melepas sepatu kets-nya, lalu menempelkan bagian alasnya pada wajah Arsen, "Gue nggak segaja keinjek tai kucing. Beruntung banget, lo doyan. Makanya gue kasih."
Arsen melongo sebentar. Namun pada detik berikutnya ia segera menceburkan diri ke kolam renang. Fabian dan Caca tergelak. Sementara Shafa yang berada di tepi kolam sedikit terkejut karena percikan air tiba-tiba mengenai dirinya, membuat baju seragam yang dikenakannya menjadi basah dan menerawang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Teen FictionShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...