“Sistem imun tubuh gue terlalu kebal. Musim DBD aja gue nggak ketularan, apalagi musim pacaran. Jomblo is my life.”
-Undefinable-
Ting!
Fabian yang sedang asik bermain game online di ruang tengah berdecak sebal ketika mendengar bel pintu utama berbunyi. Dengan malas, ia berjalan menuju pintu dengan mata fokus pada layar ponsel.
Fabian membuka pintu, "Siapa sih lo? Ganggu gue aja." ucapnya, tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel.
"Aku Hayati, mas. Aku hamil mas. Aku mau kamu tanggung jawab mas."
Suara itu.. Fabian mendongak dan membenarkan letak kacamata antiradiasi yang selalu dipakainya ketika bermain game, terutama pada saat malam hari seperti ini. Fabian mengernyit jijik menatap dua manusia dihadapannya, "Ada angin apaan lo berdua datang kesini?"
"Gue juga nggak tau, Bian. Ini anak tiba-tiba nyulik gue."
"Astaga, Ca. Gue nggak nyulik lo, gue cuma ngajakin lo silaturahmi ke temen kita yang hidupnya sebatangkara ini." tunjuk Arsen pada Fabian.
Ya, dua manusia yang dimaksud Fabian adalah Arsen dan Caca.
"Najis banget lo, Sen. Gue nggak terima tamu, sorry." Fabian ingin menutup pintunya, namun Arsen lebih cepat masuk dan menarik Caca.
"Ca, ayo masuk. Anggap rumah sendiri," ucap Arsen pada Caca. "Dirumah ini banyak makanan kok, Ca. Kita bisa makan-makan disini."
Fabian mematikan ponselnya, ia tidak bisa fokus bermain game jika ada Arsen disini. "Sen, ini rumah siapa ya?" sindir Fabian.
"Rumah Fabian yang baik hati dan rajin menabung." sahut Arsen enteng. "Ayo duduk sini, Ca."
Arsen duduk di sofa ruang tengah dengan kaki menyilang. Caca hanya ikut-ikutan. Fabian yang melihat itu mendengus sebal, "Jelasin ke gue, tujuan lo berdua dateng kesini apa? Minta kawinin?"
Arsen mengacungkan jempolnya, "Nah, itu lo tai tuh. Ya nggak, Ca?"
"Nggak." Caca menghendikkan bahunya. "Gue diculik Arsen, dan gue nggak tau apa tujuan dia bawa gue kesini."
Fabian menggelengkan kepalanya, "Gila lo, Sen. Nyulik anak perawan, nyembunyiinnya dirumah gue."
Arsen menatap Caca dengan alis terangkat, "Emangnya lo perawan ya, Ca?"
"Sinting!" umpat Caca, melempar bantalan sofa pada Arsen.
Fabian terbahak. Sementara Arsen tertawa cengengesan. "Tamu adalah raja. Mumpung gue bawa Caca, berarti Caca adalah ratu. Dan lo," tunjuk Arsen pada Fabian. "Pengawal kerajaan, siapin makanan buat kita."
"Pengawal kerajaan gigi eyang lo ompong! Stok makanan dirumah gue sold buat tamu nggak tahu diri kayak lo." kesal Fabian.
"Pelit banget lo nyet." Arsen mendengus, "Gimana kalo kita keluar? Mumpung satnight nih, ajakin Shafa juga. Biar kita kelihatan kayak sepasang-sepasang." usul Arsen.
Caca berdecak menatap tajam Arsen, "Gue nggak mau ya, dipasangin sama monyet afrika kayak lo."
"Astaga, orang ganteng gini dibilangin monyet afrika." ucap Arsen dramatis. "Jadi gimana, Bian? Lo mau nggak?"
Fabian menggeleng. "Males. Gue mau main game dan sebaiknya lo berdua pulang."
Fabian berdiri, lalu menarik tangan Arsen dan juga Caca. Membawa mereka untuk keluar. "Yaaaah, Bian. Lo tega banget ngusir gue?" rengek Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Teen FictionShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...